Ini Alasan Masyarakat Ketagihan Jadi Lender Fintech P2P

Bisnis.com,22 Des 2021, 06:00 WIB
Penulis: Aziz Rahardyan
Co Founder & Chief Executive Officer PT Akseleran Keuangan Inklusif Indonesia Ivan Nikolas Tambunan. Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Penyelenggara teknologi finansial peer-to-peer (P2P) lending klaster produktif PT Akseleran Keuangan Inklusif Indonesia (Akseleran) membenarkan adanya fenomena pendanaan berkelanjutan dari para pemberi pinjaman (lender). 

Sebagai informasi, hal ini turut tergambar berdasarkan statistik industri P2P lending terbitan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), di mana rekening lender yang berpartisipasi dalam pendanaan setiap bulan terus mengalami kenaikan.

Dari total akumulasi rekening lender sekitar 788 ribu entitas, tercatat 6,5 juta entitas terlibat menyalurkan pendanaan pada Januari 2021. Setelah itu terus naik, hingga pada Oktober 2021 menembus 10,4 juta entitas. Bisa, diartikan, mayoritas lender memberikan pendanaan ke lebih dari 10 borrower berbeda setiap bulannya. 

CEO & Co-Founder Akseleran Ivan Nikolas Tambunan melihat porsi lender perorangan yang aktif melakukan pendanaan di platform-nya telah mencapai sekitar 7.000 orang dari total lender yang telah mencoba Akseleran. 

"Artinya, yang aktif dan melakukan pendanaan berulang sudah mencapai 20 persen dari sekitar 35.000 total lender ritell kami. Menurut kami, yang buat mereka betah dan ketagihan, nomor satunya dari faktor peace of mind, karena Akseleran terbukti 4 tahun terakhir tingkat NPL-nya [pinjaman macet] mampu terjaga," ujarnya, Selasa (21/12/2021). 

Terlebih, Akseleran tumbuh menjadi platform langganan UMKM di sektor-sektor yang tingkat risikonya terbilang rendah, seperti engineering, konstruksi, business & consumer services, coal & energy related, online merchant, serta oil & gas

Oleh sebab itu, Ivan menyebut tugas platform untuk menjaga agar para lender semakin betah, tinggal terus memutakhirkan layanan operasional, terutama soal antarmuka laman website dan aplikasi yang semakin cepat, memudahkan, dan tanpa eror. 

"User experience itu juga kunci [mempertahankan repeat lender]. Kinerja apps dan web Akseleran harus terjaga. Ini penting, karena kalau user experience jelek, sering eror, orang malas untuk kembali menggunakan platform fintech terkait," tambahnya. 

Adapun, terkait kompetisi dengan platform P2P lending lain untuk mempertahankan kesetiaan lender, Ivan mengungkap bahwa fenomena lender yang masih 'coba-coba' merupakan hal wajar dan justru baik, karena menandakan mereka mau menilai sendiri bagaimana karakteristik setiap platform yang dicobanya. 

"Kalau sudah coba menjadi lender Akseleran tapi tetap coba-coba ke yang lain, barangkali alasannya hanya dua. Pertama, karena punya niat mau diversifikasi ke segmen borrower berbeda. Kedua, karena cari imbal hasil yang lebih tinggi," tutupnya. 

Sekadar informasi, selama tiga tahun beroperasi sebagai perusahaan penyelenggara P2P lending sektor produktif di Indonesia, Akseleran telah menyalurkan pinjaman mencapai Rp3,54 triliun, dengan sumbangan kinerja sepanjang periode 2021 senilai Rp1,69 triliun. 

Pinjaman ini tersalurkan kepada total 2.757 borrower, dengan porsi borrower aktif 662 entitas yang memiliki outstanding Rp432,5 miliar. Tingkat keberhasilan pengembalian pinjaman 90 hari (TKB90) para borrower Akseleran tercatat masih bertahan di 99,39 persen. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rio Sandy Pradana
Terkini