Jadi Dompet Digital Valuasi 'Centaur', DANA dan LinkAja Minat IPO di Indonesia?

Bisnis.com,22 Des 2021, 20:30 WIB
Penulis: Aziz Rahardyan
Petugas mensosialisasikan penggunaan QRIS dengan aplikasi layanan uang elektronik LinkAja di sela-sela kick off Pekan QRIS Nasional 2020 di kampus Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Jawa Barat, Senin (9/3/2020). Bisnis/Rachman

Bisnis.com, JAKARTA - Industri dompet digital (e-wallet) Tanah Air turut diramaikan oleh dua platform teknologi finansial berstatus 'centaur' atau memiliki valuasi US$100 juta sampai US$999 juta. Bagaimana minat mereka melantai di bursa alias IPO?

Sebagai informasi, dari 5 platform yang kerap disebut sebagai penguasa pangsa pasar utama dompet digital di Indonesia, platform independen yang bervaluasi centaur, yakni DANA (PT Espay Debit Indonesia Koe) dan LinkAja (PT Fintek Karya Nusantara).

Lainnya, OVO yang kepemilikannya baru saja dikuasai Grab Holdings Ltd, sudah lama 'naik kelas' menyandang status unikorn. Adapun, GoPay sudah pasti mengekor induknya, Gojek-Tokopedia (GoTo) yang sudah menuju IPO. Sementara, ShopeePay yang berafiliasi dengan e-commerce Shopee, dimiliki oleh raksasa teknologi Sea Group yang notabene telah berkapital jumbo dan sudah melantai di bursa New York.

Adapun, bagi DANA, rencana IPO masih jauh karena prioritas saat ini tetap fokus mencapai target mampu memberikan layanan dompet digital terbaik. 

"Sebagai perusahaan teknologi finansial yang dinamis, kami terbuka dengan berbagai kesempatan yang mampu mendukung kami dalam melayani kebutuhan transaksi digital masyarakat yang kian optimal," ungkap VP of Corporate Communications DANA Putri Dianita ketika dihubungi Bisnis, Rabu (22/12/2021).

Fokus DANA dalam waktu dekat tetap dalam koridor pengembangan teknologi yang akan menjadi jembatan bagi masyarakat Indonesia menuju transformasi keuangan digital yang semakin inklusif di Indonesia. 

Namun, Putri tetap menyambut baik semakin mudahnya perusahaan rintisan (startup), termasuk buat para pemain teknologi finansial (tekfin/fintech) seperti DANA untuk bisa IPO di bursa lokal.

"Kami melihat kemudahan kebijakan IPO sebagai sebuah langkah positif, terutama berguna mendukung perusahaan fintech dengan berbagai bentuk [klaster], agar bisa berdaya saing tinggi, berkembang dengan baik, dan berdampak luas bagi ekosistem di sekitarnya," tambahnya.

Sebagai informasi, dompet digital yang identik dengan warna biru langit ini dimiliki oleh induk yang terafiliasi emiten konglomerasi media dan hiburan PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK) dan sayap bisnis keuangan Alibaba, Ant Financial melalui API Investment Limited.

Adapun, bagi dompet digital pelat merah LinkAja, kendati mendapat sedikit tekanan dari Menteri BUMN Erick Thohir untuk segera IPO, mengaku masih belum menuju ke sana dalam waktu dekat.

"IPO jelas satu langkah strategis bagi suatu startup. Tapi saat ini fokus kami terus memperbaiki layanan fundamental bisnis. Kalau sudah baik, tentu kami akan menuju ke sana [IPO]," ujar Direktur Marketing LinkAja Wibawa Prasetyawan dalam diskusi terbatas bersama media beberapa waktu lalu.

Sebagai gambaran, perbaikan fundamental bisnis ini tercermin dari upaya LinkAja memperkuat sinergi dengan ekosistem digital binaan induk usaha, fokus memperkuat layanan B2B seperti digitalisasi para merchant, mengakomodasi bisnis periklanan dan voucher bagi merchant segmen korporasi, serta memberikan layanan pembiayaan kepada UMKM lewat anak usahanya yang bernama iGrow.

Sekadar informasi, dompet digital berwarna merah terang ini mayoritas sahamnya dimiliki oleh Telkomsel sebesar 25 persen. Pertamina mengambil porsi 7 persen. Empat bank Himbara, yaitu Mandiri, BNI, BRI masing-masing 20 persen, sementara BTN hanya 7 persen. Sisanya Jiwasraya dan Danareksa masing-masing hanya 1 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Azizah Nur Alfi
Terkini