Bisnis.com, JAKARTA - Platform teknologi finansial peer-to-peer (P2P) lending klaster produktif PT Mitrausaha Indonesia Grup alias Modalku mengungkap pentingnya inovasi produk untuk menjaga agar para pengguna yang menjadi pendana (lender) tidak lari ke platform lain.
Sebagai informasi, fenomena meningkatnya minat lender untuk mendanai turut tergambar berdasarkan statistik industri P2P lending terbitan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), di mana rekening lender yang berpartisipasi dalam pendanaan setiap bulan terus mengalami kenaikan.
Dari total akumulasi rekening lender sekitar 788.000 entitas, tercatat 6,5 juta entitas terlibat menyalurkan pendanaan pada Januari 2021. Setelah itu terus naik, hingga pada Oktober 2021 menembus 10,4 juta entitas. Bisa, diartikan, mayoritas lender memberikan pendanaan ke lebih dari 10 borrower berbeda setiap bulannya.
Co-Founder & CEO Modalku, Reynold Wijaya menilai bahwa komunikasi yang terjaga dan transparan merupakan faktor penting untuk menjaga kepuasan dan membuat para lender tetap setia.
"Sampai saat ini, total penyaluran Grup Modalku mencapai Rp28,5 triliun dari 200.000 pendana lebih yang telah terlibat, dan akan terus mengalami pertumbuhan. Kami selalu berupaya untuk menjaga hubungan baik dengan para pendana melalui transparansi informasi terkait status pendanaan," ujarnya kepada Bisnis, Kamis (23/12/2021).
Terlebih, kebanyakan peminjam (borrower) Modalku didominasi UMKM pegiat jual-beli online di platform dagang-el (e-commerce), yang notabene bisa kapan saja mengalami hambatan dalam menjalankan usahanya. Apalagi, mereka yang bermain di sektor-sektor usaha rentan terdampak pandemi.
Reynold pun menyiasati potensi ini dengan membangun tim khusus yang selalu aktif berkomunikasi dan mengedukasi para pendana, serta berupaya untuk menyediakan segala kebutuhan mereka, sehingga memperoleh pengalaman yang memuaskan selaku customer.
Menurut Reynold, apabila edukasi telah berjalan baik, maka tugas platform tinggal menyediakan pilihan borrower terbaik di berbagai sektor UMKM, dengan profil risiko yang juga beragam.
"Karena setiap pendana retail maupun institusi memiliki profil risikonya masing-masing dan ketertarikan untuk mendanai segmen yang variatif. Sebagai upaya memenuhi hal tersebut, Modalku menyediakan berbagai jenis pinjaman dengan tingkat risiko tertentu. Industri UMKM yang tersedia juga beragam. Harapannya, kebutuhan pendana dapat terpenuhi, terutama untuk melakukan diverifikasi," tambahnya.
Pria yang juga dipercaya sebagai Ketua Klaster Produktif Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) memastikan bahwa setiap peminjam Modalku pun akan diberikan edukasi soal responsible lending, dinilai bagaimana kapasitas usahanya, dan dipastikan punya kemampuan melunasi pinjaman.
"Ini dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab kami kepada pendana yang meminjamkan dananya melalui Modalku. Untuk menambah kepercayaan lebih kepada para lender, saat ini kami juga berinovasi lewat produk pendanaan Pinjaman Terproteksi," ungkapnya.
Melalui produk Pinjaman Terproteksi, Modalku dapat memberikan jaminan uang kembali terhadap pokok dan manfaat pendanaan kepada para pendana, tanpa adanya biaya tambahan atas manfaat proteksi, sehingga produk ini diharapkan memberikan manfaat yang maksimal, naum tetap lebih aman.
Sebagai informasi, pendana Modalku bisa memulai pendanaan dari Rp100.000 untuk memberikan pinjaman produktif ke para borrower UMKM. Lender punya kesempatan mendapatkan tingkat bunga berkisar 8-12 persen per tahun untuk tenor 1-24 bulan.
"Modalku juga rajin memberikan program promosi yang dapat menarik minat pendana agar memperoleh keuntungan lebih, sehingga para pendana lebih percaya diri untuk mulai mendanai para pelaku UMKM," tutupnya.
Sekadar informasi, Modalku juga beroperasi di Singapura, Malaysia, dan Thailand dengan nama Funding Societies. Khusus Indonesia, pinjaman tersalurkan selama 2021 telah mencapai Rp7,28 triliun, dengan sisa outstanding Rp194,4 miliar kepada 20.160 borrower aktif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel