Ekonom Tegaskan Uang Beredar Naik, Indikasi Ekonomi Membaik

Bisnis.com,23 Des 2021, 18:08 WIB
Penulis: Maria Elena
Karyawan menunjukan uang rupiah di salah satu kantor cabang BRI Syariah di Jakarta, Rabu (29/7/2020). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mencatat likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) tumbuh sebesar 11 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp7.572,2 triliun.

BI menyatakan, berdasarkan faktor yang mempengaruhi, pertumbuhan M2 pada November 2021 didorong oleh penyaluran kredit dan aktiva luar negeri bersih.

Adapun, BI mencatat penyaluran kredit pada periode tersebut tumbuh sebesar 4,4 persen yoy, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 3 persen yoy.

Peningkatan tersebut sejalan dengan peningkatan penyaluran kredit produktif maupun konsumtif.

Sementara, aktiva luar negeri bersih pada November 2021 tumbuh sebesar 10,6 persen yoy, meningkat dibandingkan Oktober 2021 sebesar 5,7 persen yoy. Hal ini disebabkan oleh naiknya tagihan sistem moneter kepada bukan penduduk, seiring dengan peningkatan cadangan devisa.

Direktur Eksekutif Center of Law and Economic Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyampaikan peningkatan M2 yang di dorong oleh penyaluran kredit mengindikasikan pemulihan pembiayaan kredit mulai mengalami peningkatan.

“Selama bulan November mobilitas masyarakat membaik, dan ada dorongan dari sisi ekspor. Kedua faktor tersebut membutuhkan pembiayaan dari bank yang lebih besar,” katanya kepada Bisnis, Kamis (23/12/2021).

Tercatat, kredit konsumsi pada November 2021 tumbuh sebesar 4,1 persen secara tahunan, dengan pertumbuhan kredit pemilikan properti (KPR) tumbuh di atas 9 persen secara tahunan.

Menurut Bhima, perkembangan ini merupakan berita baik bagi pelaku usaha di sektor properti.

Di sisi lain perbankan juga mulai berani melakukan ekspansi penyaluran kredit, terutama untuk sektor usaha yang memiliki prospek positif pada 2022.

Misalnya, imbuh Bhima, kredit modal kerja pada sektor industri pengolahan tumbuh cukup mengesankan, yaitu mencapai 5,1 persen secara tahunan, dari bulan sebelumnya 1,2 persen yoy.

Bhima memperkirakan kebutuhan pembelian bahan baku dan operasional industri akan terus mengalami peningkatan hingga akhir 2022.

“Memang ada kekhawatiran soal naiknya harga bahan baku impor dan gangguan logistik, tapi tidak menghalangi ekspansi kredit industri,” katanya.

Dia menambahkan, perkembangan tersebut pun akan memberikan dampak yang positif pada perekonomian domestik pada kuartal IV/2021. Bhima memperkirakan ekonomi pada kuartal IV/2021 akan tumbuh sebesar 4,5 persen secara tahunan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hadijah Alaydrus
Terkini