Bisnis.com, JAKARTA – Deputi Komisioner Stabilitas Sistem Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Agus Edy Siregar menilai Indonesia memiliki keuntungan dari struktur demografi.
Mengacu hasil Sensus Penduduk yang diterbitkan BPS pada 2020, Indonesia memiliki penduduk usia produktif sebanyak 70,72 persen atau hampir 71 persen, dengan rentang usia 15 – 64 tahun. Dari angka tersebut, kata Agus, jumlah generasi Z dan milenial mencapai hampir 54 persen dari populasi penduduk Indonesia.
Agus mengatakan, banyaknya penduduk usia produktif serta disrupsi akibat pandemi Covid-19 telah menyebabkan adanya kenaikan kebutuhan lapangan kerja baru sebagai kompensasi terhadap peningkatan pengangguran sebagai dampak pandemi.
“Pandemi menjadi wake-up call untuk transisi menuju ekonomi hijau sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru yang berkelanjutan dan berorientasi ramah lingkungan,” ujar Agus dalam diskusi virtual, Selasa (28/12/2021).
Selain itu, lanjut Agus, pandemi juga menjadi bagian dari proses perbaikan atau recovery dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Studi dari World Economic Forum 2020 memprediksi bahwa transisi hijau dapat menghasilkan peluang bisnis dan akan ada banyak lapangan pekerjaan di seluruh dunia yang diperkirakan akan beralih menjadi green jobs. Di mana, transisi hijau dapat menghasilkan peluang bisnis senilai US$10,1 triliun dan 395 juta lapangan pekerjaan pada 2030.
Di Indonesia, OJK melihat terdapat beberapa sektor yang memiliki potensi untuk menjadi peluang green jobs, salah satunya pada sektor pertanian.
“Sektor pertanian akan menjadi salah satu sektor yang cukup berpeluang untuk pekerjaan yang ramah lingkungan,” ucapnya.
Hal ini tercermin dari adanya pertumbuhan positif dari sektor pertanian selama pandemi Covid-19 dan didukung oleh minat generasi milenial untuk terjun ke sektor pertanian. Dengan demikian, dapat mendorong penyerapan tenaga kerja melalui green jobs dengan lebih optimal.
Selain sektor pertanian, ada pula sektor pariwisata yang berpotensi untuk menjadi peluang green jobs di Indonesia. Di mana, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) memprediksi bahwa produk ecotourism dan wellness tourism akan lebih diminati masyarakat pasca pandemi.
Adapun, produk wellness tourism diproyeksikan mengalami pertumbuhan yang signifikan pada 2022 menjadi US$919 miliar dengan pertumbuhan 7,5 persen per tahun.
Kemudian, sektor energi juga menjadi peluang besar berdasarkan International Renewable Energy Agency (IRENA) yang dipublikasikan pada 2021. Menurut data tersebut, ada 12 juta realisasi pekerjaan di Energi Baru Terbarukan (EBT) pada 2020 dan ada sekitar 43 juta proyeksi pekerjaan di EBT sampai dengan 2050.
Agus menuturkan, green jobs bukanlah sekadar tren, melainkan juga upaya untuk menangkap peluang dan berpartisipasi dalam penanganan perubahan iklim.
“Yang kami pahami, anak anak muda sangat concern, karena ini menyangkut masa depan mereka. Ini the future of our generation,” ujarnya.
Adapun Survei Kementerian Koperasi dan UKM yang bekerja sama dengan UNDP dan Indosat Ooredoo pada 2021 menunjukkan bahwa 95 persen UMKM menyatakan minatnya pada praktik usaha ramah lingkungan. Hal ini berpotensi untuk menyerap tenaga kerja melalui green jobs.
Namun demikian, Agus mengungkapkan bahwa UMKM masih kesulitan untuk memperoleh akses pendanaan untuk pengembangan bisnis karena dianggap belum bankable. Artinya, akses pembiayaan akan menjadi isu untuk peran UMKM.
DUKUNGAN KEBIJAKAN OJK
Di samping itu, OJK sudah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mendukung isu pembiayaan UMKM. Misalnya, OJK sudah memiliki platform security crowdfunding (SCF) yang digunakan dalam hal penawaran efek melalui Layanan Urun Dana Berbasis Teknologi.
Dukungan tersebut dilakukan sebagai alternatif sumber pendanaan yang cepat, mudah, dan murah bagi generasi muda dan UKM yang belum unbankable untuk mengembangkan usahanya.
OJK mencatat, per 14 Desember 2021, terdapat 7 penyelenggara dan 191 usaha penerbit yang melakukan penghimpunan dana melalui security crowdfunding senilai Rp407,20 miliar dari 93.000 pemodal.
Selain SCF, OJK juga memberikan dukungan berupa asuransi usaha, seperti asuransi usaha ternak sapi (AUTS) dan asuransi usaha tani padi (AUTP).
Per Oktober 2021, program AUTS telah mencapai 38.110 peternak dengan jumlah total premi sebesar Rp17,43 miliar. Agus menyatakan, Jawa Tengah menjadi provinsi dengan jumlah premi terbesar keempat nasional, yakni sebesar Rp1,47 miliar dari 4.724 peternak.
Sedangkan melalui program AUTP, OJK mengungkapkan bahwa petani milenial memperoleh mitigasi risiko yang memadai.
OJK mencatat, per Oktober 2021, program ini telah mencapai 619.700 petani dengan jumlah total premi sebesar Rp70,95 miliar. Adapun, Jawa Tengah menjadi jumlah premi terbesar kedua nasional, yakni sebesar Rp16,05 miliar dari 191,603 petani.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel