Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) berencana kembali melakukan Penawaran Umum Terbatas VI atau rights issue pada kuartal I/2022. Dalam aksi itu, perseroan membidik perolehan dana sekitar Rp5 triliun.
Direktur Utama Bank Neo Commerce, Tjandra Gunawan mengatakan langkah itu dilakukan seiring dengan pertumbuhan bisnis perseroan. Di sisi lain, proses digitalisasi di Indonesia diperkirakan bakal lebih masif pada tahun-tahun mendatang.
“Jika bicara aksi korporasi adalah penambahan modal. Jadi, akan ada rights issue keenam, rencananya di kuartal pertama 2022. Kami sudah merencanakan kurang lebih double dari angka sebelumnya, yaitu Rp5 triliun,” ujarnya dalam paparan publik, Rabu (29/12/2021).
Tjandra menambahkan bahwa 50 persen hingga 60 persen dana dari penggalangan modal itu akan dialokasikan untuk investasi teknologi. Sisanya ditujukan untuk kegiatan operasional, seperti marketing, edukasi, dan pengembangan sumber daya manusia.
Seiring dengan rencana tersebut, BBYB juga berencana meningkatkan fitur layanan, contohnya digital lending yang saat ini baru tersedia di aplikasi Akulaku. Pada 2022, layanan tersebut bakal tersedia di platform emiten bank dengan sandi BBYB ini.
“Kami juga akan bekerja sama Open API dengan beberapa partner strategis, termasuk juga lending kepada UMKM yang akan kami lakukan aktif pada 2022. Itu salah satu rancangan kerja kami,” tutur Tjandra.
Sepanjang tahun ini, BBYB merupakan emiten bank yang paling rajin melakukan rights issue. Berdasarkan data pasar modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK), perseroan telah dua kali melakukan PUT IV serta V masing-masing pada 31 Mei dan 18 November 2021.
Pada rights issue pertama, BBYB mengantongi nilai emisi sebesar Rp249,82 miliar, sementara aksi kedua merengkuh Rp2,5 triliun. Direksi mengklaim bahwa rights issue BBYB sepanjang tahun ini mengalami kelebihan permintaan atau oversubscribed.
Pada PUT V, misalnya, penerbitan saham baru BBYB mengalami oversubscribed hingga 679 juta saham atau setara Rp882,5 miliar. Adapun, jumlah saham yang ditawarkan sebanyak 1.927.162.193 saham dengan harga pelaksanaan Rp1.300 per saham.
Tjandra menyatakan rights issue perseroan yang mengalami oversubscribed disebabkan oleh tumbuhnya kepercayaan masyarakat terhadap kinerja perseroan dalam 10 bulan terakhir. Sampai dengan saat ini, jumlah pengguna Bank Neo mencapai 13,2 juta nasabah.
Dia juga menyatakan aksi rights issue juga berhasil menarik para investor baru, sedangkan investor lama tetap berpartisipasi penuh dalam aksi korporasi ini.
Pemegang saham perseroan sampai dengan 14 Desember 2021 adalah PT Akulaku Silvrr Indonesia dengan kepemilikan sebesar 24,98 persen dan PT Gozco Capital 15,64 persen.
Selain itu, ada Rockcore Financial Technology Co. Ltd yang menggenggam 6,12 persen saham BBYB, Yellow Brick Enterprise Ltd. Sebesar 5,17 persen, dan sisanya pemegang saham publik sebanyak 48,08 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel