Pangkalan Data 1.000 MW Butuh Jaringan Konektivitas Andal

Bisnis.com,30 Des 2021, 16:09 WIB
Penulis: Leo Dwi Jatmiko
Ilustrasi data center.

Bisnis.com, JAKARTA - Ketersediaan jaringan konektivitas yang andal menjadi pertimbangan dibangunnya pangkalan data 1.000 MW di Cikarang, Jawa Barat.

Jika tidak ada halangan, Moratelindo bersama dengan Smartfren dan perusahaan lainnya akan memulai pembangunan pangkalan data pada 2022.

CEO PT Mora Telematika Indonesia (Moratelindo) Galumbang Menak mengatakan jaringan konektivitas memiliki peran penting dalam pembangunan pangkalan data.

Salah satu pertimbangan dipilihnya Cikarang sebagai pangkalan data hasil kolaborasi Smartfren dan Group 42, karena daerah tersebut memiliki rute jaringan konektivitas serat optik yang berlapis atau multiple.

“Di Deltamas kami sudah membangun jaringan multiple route [robas]” kata Galumbang kepada Bisnis.com, Kamis (30/12/2021).

Dengan kehadiran rute jaringan serat optik yang berlapis, maka pangkalan data akan makin andal. Rute berlapis untuk mengantisipasi jika terjadi gangguan pada salah satu rute.

Sekedar informasi Moratelindo dan Smartfren akan berkolaborasi dengan APS dan G42 sebagai mitra strategis untuk membangun pangkalan data 1.000 MW. Rencananya pembangunan akan dilakukan secara bertahap dan dimulai pada 2022.

Adapun untuk lokasi, rencananya dibangun di Deltamas, Jawa Barat dan di Kalimantan Timur.

Sementara itu untuk di Kalimantan Timur, menurut Galumbang, masih dibutuhkan jaringan konektivitas dan listrik yang lebih andal.

Sebelumnya, Galumbang memperkirakan pangkalan data 1.000 MegaWatt (WM) oleh Smartfren, G42 dan PT Amara Padma Sehati (APS) diperkirakan memakan biaya US$8 miliar atau Rp114,96 triliun (kurs Rp14.375).

Berdasarkan perhitungannya, untuk 1 megawatt, umumnya menghabiskan biaya sekitar US$8 juta. Artinya, jika pangkalan data nantinya memiliki kapasitas 1.000MW, maka nilai investasi yang digelontorkan sekitar US$8 miliar atau sekitar Rp114,96 triliun (kurs Rp14.375). Namun hingga saat ini belum diketahui nilai pastinya.

“Anggaplah per MegaWatt US$8 juta, maka nilainya US$8 miliar,” kata Galumbang.

Galumbang mengatakan pangkalan data yang dibangun nanti merupakan pangkalan data terbesar, bahkan melebih pangkalan data yang berada di Singapura.

Sementara itu Presiden Direktur PT Smartfren Telecom Tbk. Merza Fachys mengatakan perseroan melakukan perencanaan yang komprehensif untuk sebelum membangunn pangkalan data. Perseroan ingin agar pembangunan dilakukan secepat mungkin.

“Dengan perencanaan komprehensif sehingga dapat segera dilaksanakan," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rio Sandy Pradana
Terkini
'