Truk dan Pikap Laris Manis, Leasing Coba Berebut Debitur Segmen Fleet

Bisnis.com,30 Des 2021, 07:00 WIB
Penulis: Aziz Rahardyan
Ilustrasi Truk. Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Industri pembiayaan (multifinance) punya peluang memperbesar portofolio di segmen fleet, terutama terkait mobil niaga alias kendaraan pengangkutan, sembari menunggu daya beli segmen ritel pulih dari pandemi Covid-19.

Sekadar informasi, berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), tren kinerja wholesales sekaligus ritel sales dari mobil pikap dan truk sepanjang tahun tampak menjanjikan, terutama sejak September 2021.

Secara terperinci, sejak awal tahun sampai November 2021, wholesales pikap sebanyak 126.612 unit tumbuh 59 persen (year-on-year/yoy), kinerja ritel pikap di 124.092 unit juga tumbuh signifikan 49 persen (yoy). Adapun, kinerja wholesales dan ritel total seluruh jenis truk, masing-masing 64.422 unit dan 62.193 unit, naik 72 persen (yoy) dan 49 persen.

Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI), Suwandi Wiratno menggambarkan bahwa segmen mobil niaga memang menjadi salah satu sektor penopang kinerja kredit investasi leasing, karena debitur pelaku usaha di sektor terkait sudah pulih dari dampak pandemi Covid-19.

"Mobil pengangkutan itu menjadi kebutuhan di banyak sektor, termasuk di pertambangan dan konstruksi. Tapi, yang paling terasa memang dari debitur yang bergerak di jasa logistik," ujarnya kepada Bisnis, dikutip Rabu (29/12/2021).

Direktur Utama PT BCA Finance, Roni Haslim mengungkap hal serupa, kendati segmen fleet hanya menyumbang porsi kecil dari total pembiayaan sepanjang tahun ini.

"Tahun ini mayoritas permintaan fleet memang dari pengusaha logistik dan angkutan barang umumnya berupa truk, pikap juga ada. Nominalnya menyumbang sekitar 10 persen dari portofolio tahun ini," ujarnya kepada Bisnis.

Sebagai gambaran, pembiayaan BCA Finance mencapai Rp17,36 triliun per akhir September 2021 dan masih menargetkan menyentuh Rp23 triliun akhir tahun nanti, naik signifikan di kisaran 45 persen (yoy) ketimbang capaian periode 2020 yang hanya Rp15,59 triliun.

Roni menjelaskan bahwa debitur fleet yang masuk ke portofolio BCA Finance merupakan referral nasabah induk usaha, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), dan mayoritas termasuk segmen yang difasilitasi skema pembiayaan bersama atau joint financing dengan Bank BCA.

Sedikit berbeda, PT Clipan Finance Indonesia Tbk. (CFIN) yang kuat di pasar mobil bekas baru mencoba peruntungan ikut mengakomodasi kebutuhan dari debitur pelaku usaha.

Direktur Utama CFIN, Harjanto Tjitohardjojo mengungkap peluang ini terbuka untuk mencapai target pertumbuhan pembiayaan baru dari Rp2,38 triliun pada periode 2020 lalu menjadi Rp3,5 triliun pada tutup buku tahun ini.

Adapun, multifinance anak usaha PT Bank Pan Indonesia Tbk. (PaninBank) ini memproyeksi kontribusi mobil bekas mencapai kisaran 60 persen dari total portofolio, sama seperti tahun-tahun sebelumnya.

"Segmen fleet di CFIN masih belum banyak. Mobil bekas juga didominasi mobil penumpang, pikap atau truk bekas itu cuma 10 persen dari portofolio. Beberapa debitur di segmen ini pelaku usaha di sektor pertambangan, perkebunan, atau kontraktor. Tapi kami memang melihat potensi [kebutuhan pembiayaan] para debitur ini memang cukup baik ke depan," jelasnya.

Sementara itu, PT Mandiri Tunas Finance (MTF) sebagai pemain kredit mobil penumpang yang juga mengakomodasi mobil niaga dan alat berat, meyakini permintaan debitur segmen fleet bakal terus membaik sampai tahun depan.

Deputi Direktur Mandiri Tunas Finance, Albertus Hendi mengungkap terkhusus fleet sepanjang tahun ini sudah lebih dari Rp4 triliun dari total pembiayaan Rp16,3 triliun. Capaian ini tercatat lebih baik ketimbang kinerja full year 2020 di kisaran Rp3,6 triliun dari total pembiayaan Rp16,7 triliun.

"MTF membatasi segmen fleet itu 19-20 persen dari total portofolio. Jadi, pembiayaan fleet di tahun ini telah sesuai prediksi," ujarnya kepada Bisnis.

Sekitar 60-75 persen penopang pembiayaan segmen fleet berasal dari pembiayaan alat berat, truk, dan mesin, sisanya mobil operasional untuk usaha. Albertus melihat portofolio debitur fleet yang masih akan sepi di tahun depan, yaitu mobil buat sektor pariwisata dan bus angkutan umum.

"Tahun 2022 kami lihat tetap sama, di kisaran Rp400 miliar setiap bulan, karena sektor debitur fleet yang paling signifikan mendongkrak pembiayaan tahun ini, itu dari pelaku tambang batu bara. Jadi semoga saja harga komoditas ini masih bertahan di tahun depan," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Sulistyo Rini
Terkini