Strategi Bank Digital Perkuat Penyaluran Kredit

Bisnis.com,31 Des 2021, 12:10 WIB
Penulis: Dionisio Damara
Mobile banking/istimewa

Bisnis, JAKARTA – Sejumlah bank digital akan mengoptimalkan penyaluran digital lending pada 2022 dengan menggandeng sejumlah pihak. Langkah itu pun diharapkan mampu meningkatkan akses kredit kepada masyarakat.

PT Bank Neo Commerce Tbk., misalnya, menyatakan bakal meluncurkan layanan digital lending pada Januari 2022. Langkah itu diambil seiring proyeksi yang menyebutkan proses digitalisasi di Indonesia akan semakin menggeliat pada tahun-tahun mendatang.

“Terdekat kami telah meluncurkan layanan digital lending di ekosistem kami dan akan tersedia di pertengahan Januari di aplikasi neobank,” ujar Direktur Utama Bank Neo Commerce, Tjandra Gunawan, saat paparan publik, Rabu (29/12).

Dengan demikian, penyaluran kredit dari emiten bank dengan sandi BBYB ini akan tersedia dalam dua model. Pertama, melalui ekosistem Akulaku yang sudah lebih dulu dilakukan, kemudian melalui aplikasi neobank.

Tjandra menyatakan di tengah ketidakpastian pasar akibat pandemi Covid-19, perseroan tidak akan bergantung kepada satu ekosistem, tetapi juga membuka ruang kerja sama dengan ekosistem lainnya untuk penerusan kredit atau loan channeling.

“Kami sudah mulai bekerja sama dengan beberapa partner di 2021 untuk loan channeling dan dalam bentuk aset-aset lainnya. Jadi, kami memungkinkan berkolaborasi dengan ekosistem lainnya, tidak hanya Akulaku,” pungkasnya.

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) bersih perseroan naik dari 2,67 persen pada akhir 2020 menjadi 3,28 persen per akhir September 2021. Namun, kondisi itu membaik jika dibandingkan kuartal II/2021, yakni 3,42 persen.

Tjandra menegaskan bakal tetap memperhatikan rasio NPL perseroan pada tahun-tahun mendatang, di samping meningkatkan jumlah aplikasi dan nasabah Bank Neo Commerce.

Selain Bank Neo Commerce, peluncuran pinjaman secara digital juga akan dilakukan oleh PT Bank QNB Indonesia Tbk. dalam waktu dekat. Emiten bank bersandi BKSW tersebut bakal bekerja sama dengan PT Indosat Tbk.

Sekretaris Perusahaan Indosat Ooredoo Billy Nikolas, dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, menyatakan emiten telekomunikasi itu akan memasarkan produk Bank QNB di berbagai saluran pemasaran, seperti melalui aplikasi, SMS, dan saluran luring.

Produk digital bernama UCan tersebut dapat dilihat di aplikasi myIM3. UCan menawarkan dua pilihan menu, yakni Tarik tunai dan UCan Save. Menu tarik tunai merupakan fitur kredit yang menawarkan dana Rp15 juta dengan limit lebih tinggi dan memiliki tenor lebih panjang.

Sampai dengan kuartal III/2021, Bank QNB Indonesia mencatatkan penurunan kredit sebesar 9 persen secara year to date (ytd) menjadi Rp10,83 triliun. Adapun, NPL perseroan berada di level 7,77 persen secara gross dan 3,78 persen net pada periode tersebut.

DORONG AKSES

Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin menilai upaya bank digital untuk meluncurkan digital lending memiliki tujuan melayani segmen khusus, yang sejauh ini belum terjamah oleh bank konvensional.

Menurutnya, bank digital adalah wujud peralihan dari bank kecil yang sebelumnya bermain di usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Oleh karena itu, proses bisnis bank digital dinilai serupa dengan peer-to-peer (P2P) lending, meskipun memiliki segmen berbeda.

“Dengan harapan mereka bisa menghindari bersaing secara head to head dengan bank-bank besar dan bank lain yang sudah mapan mengelola portofolio UMKM mereka,” kata Amin, Kamis (30/12).

Di sisi lain, rencana dari bank digital untuk merilis digital lending dengan menggandeng sejumlah mitra strategis memperlihatkan upaya penguatan kolaborasi antarpihak. Hal ini pun diharapkan mampu mendorong optimalisasi penyaluran kredit ke masyarakat.

Kepala Ekonom Bank UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja menuturkan bahwa ekosistem antara bank dan fintech akan menjadi kunci untuk meningkatkan akses terhadap penyaluran kredit.

Menurut Enrico, bank digital dapat memainkan tiga pilar penting dalam menumbuhkan bisnis ke depan, yakni melalui penguatan artificial intelligence, big data, dan cloud computing. Tiga hal itu diyakini mampu membawa bank digital mengarungi persaingan di industri perbankan.

“Tiga hal ini apabila mereka bisa, saya rasa bank digital akan sukses, tetapi dampaknya menurut saya ke depan akan mungkin terjadi konsolidasi di era digitalisasi bank,” ujar Enrico.

Deputi Komisioner Pengawas Perbankan III OJK Slamet Edy Purnomo menyatakan kolaborasi antara bank dengan fintech dapat memperkuat fungsi intermediasi ke sektor UMKM.

Slamet berpandangan bahwa kolaborasi antara perbankan dengan fintech diyakini dapat memenuhi target pemerintah yang mematok porsi pembiayaan ke sektor UMKM sebesar 30 persen secara agregat pada 2024.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Azizah Nur Alfi
Terkini