Menenun Bisnis Pakaian 'Online' ala UMKM Pakumbulan

Bisnis.com,05 Jan 2022, 09:40 WIB
Penulis: Farodlilah Muqoddam
Pelaku usaha UMKM menyiapkan pesanan pembeli yang bertransaksi secara online. Pesanan yang sudah dikemas kemudian dijemput oleh layanan jasa ekspedisi. /Bisnis - M. Faisal Nur Ikhsan

Bisnis.com, SEMARANG — Masjid Raya Desa Pakumbulan mencatat rekor tertinggi sepanjang masa jumlah hewan kurban yang disembelih pada Hari Raya Iduladha 2021 yang lalu. Total hewan kurban mencapai 35 ekor sapi dan 18 ekor kambing.

Di kawasan perdesaan, jumlah hewan kurban yang disembelih menjadi cermin kondisi ekonomi warga. Semakin banyak hewan kurban, menandakan semakin makmur warganya. Apalagi bila hewan kurban yang disembelih adalah sapi, yang merupakan kasta tertinggi dalam tingkatan hewan kurban.

Jumlah 35 ekor sapi ditambah 18 ekor kambing yang dikurbankan pada Iduladha tahun lalu menjadi penanda bahwa kondisi ekonomi warga Desa Pakumbulan membaik, justru di kala pandemi Covid-19 melanda.

Pada periode tahun 2000-an, desa yang berlokasi di perbatasan Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang ini dikenal sebagai pusat kerajinan kain tenun tradisional yang diproduksi menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Ketika itu, suasana desa sangat ramai oleh para pekerja yang berdatangan dari desa sekitar, bahkan dari luar kota.

Tren usaha ATBM naik turun, dan mengalami penurunan drastis sejak sekitar lima tahun yang lalu. Suasana desa kembali sepi. Banyak pengrajin gulung tikar.

Di masa pandemi Covid-19, kondisi ekonomi Desa Pakumbulan justru bergeliat kembali. Momentum pandemi, yang mendorong migrasi online di segala bidang, ternyata membuka peluang yang dapat ditangkap dengan baik oleh warga desa untuk mengembangkan bisnis pakaian yang dijual secara online.

Iqbal, salah seorang warga Desa Pakumbulan, memutuskan untuk mengambil peluang itu. Ia mengikuti jejak para tetangga yang sudah terlebih dahulu sukses menjual aneka jenis pakaian secara online. Hasilnya, laris manis.

Ia pertama kali memulai bisnis kecilnya dengan berjualan kemeja flannel melalui akun Instagram. Setelah mengamati perkembangan tren, ia pun melebarkan sayap untuk menjajal produk-produk baru dan mencoba platform online lain seperti marketplace. Terbaru, pemuda berusia 25 tahun ini mendaftarkan diri untuk berpromosi melalui TikTok Shop.

“Kalau jualan online kita harus rajin-rajin bikin konten yang menarik buat branding. Bisa juga mendongkrak penjualan dengan endorse selebgram atau pasang iklan,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (4/1/2021).

Pemain baru seperti Iqbal relatif tidak mengalami barriers to entry yang kompleks. Di Pekalongan, ekosistem untuk berbisnis pakaian sudah terbentuk. Para pelaku usaha konveksi tersebar hampir di setiap kecamatan. Bahan jualannya bermacam-macam, mulai kain batik hingga jeans produksi rumahan.

Iqbal tidak memproduksi sendiri pakaian yang dijual, melainkan mengambil stok dari pelaku usaha konveksi. Sebagai reseller, ia bisa memesan baju yang di-branding menggunakan label yang dia buat sendiri.

Dari sisi kanal pemasaran, ia mengandalkan media sosial dan marketplace. Ketika pesanan datang, ia pun sudah mendapatkan fasilitas gratis pick-up barang dari penyedia jasa ekspedisi yang langsung datang ke rumahnya untuk menjemput pesanan pelanggan yang sudah dikemas.

“Biasanya dari ekspedisi seperti JNE juga sering kasih benefit seperti diskon ongkos kirim atau cashback untuk setiap paket yang dikirim,” tambahnya.

GUDANG GRATIS

Said Budi Nugroho, Koordinator Sales JNE Semarang, mengatakan bahwa JNE rutin memberikan fasilitas kepada para mitra UMKM. Selain diskon dan cashback, jasa ekspedisi tersebut juga menawarkan fasilitas pilihan pembayaran yang dapat disesuaikan dengan pola cashflow para mitra.

“Kami bisa memfasilitasi pembayaran yang diakumulasi setiap bulan, tidak harus setiap kali kirim. Bisa juga dengan sistem kredit bagi mitra yang memenuhi syarat dan ketentuan yang berlaku,” ujarnya.

Selain itu, JNE juga menawarkan fasilitas pergudangan fulfillment bagi para mitra UMKM yang membutuhkan layanan pergudangan. Layanan ini tersedia di sejumlah kantor cabang JNE khususnya di kota-kota besar.

Layanan pergudangan fulfillment tersebut merupakan sebuah warehouse yang dapat menyimpan barang sekaligus melayani pengemasan barang dan terhubung langsung dengan layanan jasa ekspedisi JNE. Layanan tersebut disediakan gratis. Mitra seller hanya membayar biaya ekspedisi untuk setiap barang yang dikirim kepada para pembeli.

Menurut Said, layanan fulfillment disediakan untuk membantu mitra, khususnya UMKM, untuk mengembangkan kapasitas bisnis. Layanan itu sekaligus juga dapat mendukung UMKM untuk menghemat biaya operasional.

“Jadi UMKM bisa fokus untuk mengatur produksi dan strategi pemasaran, karena urusan pengaturan stok barang, pergudangan, pengemasan hingga pengiriman sudah kami bantu,” katanya.

Di sisi lain, JNE juga terus berupaya mengembangkan jaringan hingga ke tingkat kecamatan dan kelurahan, didukung oleh sekitar 10.000 unit armada di seluruh Indonesia. Dengan tersebarnya jumlah jaringan hingga ke pelosok daerah, maka ekosistem perdagangan online akan terbentuk lebih merata.

Dan pada akhirnya akan membantu para pelaku UMKM seperti Iqbal di Desa Pakumbulan untuk terus menjangkau para pelanggan di manapun berada.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hafiyyan
Terkini