Top 5 News Bisnisindonesia.id : Penyehatan Bank Muamalat hingga Rekomendasi Reksa Dana

Bisnis.com,05 Jan 2022, 11:01 WIB
Penulis: Wike Dita Herlinda
aryawan melayani nasabah di Kantor Pusat Bank Muamalat, Jakarta, Senin (7/9/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Struktur permodalan dan kinerja keuangan PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. diyakini bakal makin sehat seiring dengan rencana BPKH untuk menyuntikkan modal senilai Rp3 triliun pada bank syariah pertama di Indonesia ini.

Perseroan pun telah bersiap dengan target-target baru. Lantas, seperti apa prospek, peluang, dan tantangan kinerja Muamalat pada tahun ini?

Selain soal pemulihan kinerja Bank Muamalat di tangan BPKH, berbagai berita pilihan tersaji dari meja redaksi Bisnisindonesia.id. Mulai dari rekomendasi instrumen investasi reksa dana pasar uang hingga nasib kinerja perdagangan nonmigas di tengah moratorium ekspor batu bara.

Berikut highlight Bisnisindonesia.id, Rabu (5/1/2022) :

Menyambut Kembali Sehatnya Muamalat di Tangan BPKH

Hadirnya Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) sebagai pemegang saham mayoritas PT Bank Muamalat Indonesia Tbk.  akan memperkuat kualitas penyelenggaraan ibadah haji, serta tata kelola bank syariah pertama di Tanah Air tersebut.

BPKH resmi menjadi pemegang saham pengendali Bank Muamalat Indonesia atau BMI setelah Islamic Development Bank (IsDB) menghibahkan 7,9 miliar saham pada 16 November 2021. Alhasil, total saham BPKH saat ini mencapai 78,45 persen.

Sebagai pemegang saham pengendali, BPKH juga akan menyuntikkan dana segar sebesar Rp1 triliun dalam aksi penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) atau rights issue.

Dalam aksi korporasi ini, Bank Muamalat akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 39,81 miliar saham baru Seri C dengan nilai nominal Rp30 per saham.

BPKH juga akan membeli instrumen subordinasi dengan berbasis akad syariah sebanyak-banyaknya Rp2 triliun. Bahkan, BPKH juga sudah memiliki rencana untuk membawa Bank Muamalat untuk melakukan initial public offering (IPO) di lantai bursa.

 

Ketidakpastian Masih Tinggi, Reksa Dana Pasar Uang Jadi Tumpuan

Reksa dana pasar uang menjadi instrumen investasi yang layak dipilih dalam jangka pendek pada tahun ini, menimbang masih terdapat beberapa kekhawatiran yang memicu pelemahan kinerja instrumen investasi lainnya.

Infovesta menyampaikan, demi menghadapi perkembangan pasar yang bisa saja tiba-tiba berubah, ada baiknya investor untuk memiliki pelampung yang dalam hal ini disarankan adalah instrumen reksa dana pasar uang.

Meski tahun ini pelaku pasar memang cukup optimistis dengan kondisi yang ada, mereka tetap memahami bahwa perkembangan pasar bisa saja tiba-tiba berubah. Misalnya, faktor naiknya level pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) karena kasus harian Covid-19 yang meningkat.

Dalam laporan sebelumnya, tim Infovesta Utama juga mengungkapkan bahwa 2022 diperkirakan cukup menantang lantaran penyebaran virus Covid-19 yang kembali meningkat di dunia dan adanya ekspektasi kenaikan suku bunga.

Dalam satu hingga dua bulan ke depan, mengingat telah masuknya varian Omicron ke Tanah Air, investor saat ini menjadi cenderung wait and see. Oleh sebab itu, Infovesta mengungkapkan reksa dana pasar uang dapat menjadi pertimbangan untuk investor.

Ilustrasi aset kripto Bitcoin, Ether, dan Altcoin/Istimewa 

Bitcoin Injak Usia 13 Tahun, Bagaimana Prospeknya Tahun Ini?

Aset kripto berkembang begitu pesat dalam beberapa tahun terakhir. Perkembangan aset digital tersebut tak bisa lepas dari kemunculan Bitcoin. 

Bitcoin pertama kali ditambang dari Gensisi Block oleh Satoshi Nakamoto pada 3 Januari 2009. Hal itu pun menjadi awal dari berkembangnya blockchain Bitcoin.

Selama 13 tahun eksis dalam perdagangan kripto, Bitcoin mencetak beragam rekor. Salah satunya rekor sebagai aset kripto paling populer sampai saat ini. 

Namun, kemunculan aset-aset kripto baru dalam beberapa tahun terakhir mulai menggeser pamor Bitcoin. Bahkan Bitcoin mulai kehilangan tenaga untuk kembali bullish. 

Berdasarkan data dari Coinmarket.com, harga Bitcoin pada Selasa (4/1/2021) pukul 14.30 WIB mencapai US$ 46.447,28. Nilainya turun 1,09 persen dari hari sebelumnya, dan terkoreksi 5,64 persen dari pekan lalu. 

Dikutip dari Coindesk, beberapa analis telah memantau data blockchain untuk petunjuk arah harga Bitcoin (BTC) di masa depan.

Misalnya, arus pertukaran bersih telah meningkat baru-baru ini, menandakan pergeseran bearish dalam sentimen investor serupa dengan yang terlihat sebelum jatuhnya harga pada Mei 2021.

Adapun sepanjang tahun lalu, harga Bitcoin bergerak bak roller coaster. Bitcoin mengawali 2021 di level US$30.000 per koin. Aset kripto tersebut berhasil naik empat kali lipat dari setahun sebelumnya.  

 

Rem Surplus Dagang dari Moratorium Ekspor Batu Bara

Kebijakan larangan ekspor batu bara sepanjang Januari 2022 diyakini bakal menggerus neraca dagang yang telah menikmati surplus selama 19 bulan terakhir.

Kinerja produk nonmigas lainnya juga diprediksi tidak naik signifikan dan tidak bisa menambal risiko defisit dagang akibat penghentian ekspor batu bara.

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor batu bara per Oktober 2021 mencapai US$4,94 miliar dan pada November 2021 bernilai US$4,13 miliar. 

Penurunan ekspor bulanan pada batu bara diikuti dengan turunnya surplus dari US$5,74 miliar pada Oktober menjadi US$3,51 miliar pada November 2021.

Impor pada November 2021 yang mencapai US$19,33 miliar tercatat naik 18,62 persen secara bulanan. Josua mengatakan tren kenaikan impor berpotensi terus berlanjut.

Berkaca dari hal tersebut, peluang Indonesia untuk menambal risiko defisit dagang yang timbul dari larangan ekspor batu bara pada Januari relatif kecil. 

Terlebih, hanya segelintir produk manufaktur yang bisa menaikkan kinerja pada awal tahun, di antaranya adalah produk terkait feronikel dan stainless steel.

 

Hegemoni Tekfin dalam Pendanaan Startup Berlanjut 2022

Dominasi startup bidang teknologi finansial dalam hal pendanaan maupun ekosistem kolaborasi diproyeksikan terus berlanjut pada 2022, lantaran para investor masih beranggapan sektor ini memiliki peluang pertumbuhan yang paling menjanjikan. 

Para pemodal ventura menilai teknologi finansial (tekfin) terbukti menjadi sektor startup yang sangat diminati oleh para investor sepanjang 2021.

Menurut mereka tekfin memiliki pertumbuhan dan kematangan yang lebih cepat dan menjanjikan. Secara ukuran pun, vertikal ini paling siap melantai di bursa.

Untuk 2022, pemodal ventura yang mendominasi pendanaan ke startup tekfin pada 2021 akan tetap menjadi yang terdepan pada tahun ini. Akan tetapi, para pemodal baru diyakini mulai bermunculan dalam putaran pendanaan tekfin pada 2022. 

Mengutip riset yang dilakukan DS Inovate, selama kuartal I—III/2021, jumlah transaksi di sektor tekfin mencapai 105 transaksi dengan melibatkan 14 modal ventura dan 13 angel investor. East Ventures memimpin jumlah 25 transaksi, diikuti oleh AC Ventures dengan 13 transaksi.

Dalam laporan tersebut dijelaskan, putaran pendanaan tekfin selama Desember 2020—November 2021 mencapai 53 transaksi dengan total nilai US$1,23 miliar. 

Kredivo, Xendit, dan Ajaib adalah startup dalam periode tersebut yang berhasil mengumpulkan lebih dari US$100 juta dalam satu putaran.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Wike Dita Herlinda
Terkini