Dolar AS Makin Perkasa, Yen Kena Imbas

Bisnis.com,05 Jan 2022, 07:58 WIB
Penulis: Newswire
Karyawan menunjukan dolar AS di Jakarta, Rabu (11/11/2020). Nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Rabu (11/11) ditutup melemah 0,2 persen atau 27,5 poin ke level Rp14.085 per dolar AS. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Dolar AS kembali menguat terhadap sekeranjang mata uang utama pada akhir perdagangan Rabu pagi (5/1/2021) di Asia.

Bahkan, dolar AS berhasil mencatat kenaikan hari kelima berturut-turut terhadap yen Jepang dan mencapai level tertinggi lima tahun karena investor memandang varian Omicron tidak mungkin menggelincirkan ekonomi global atau menunda kenaikan suku bunga Federal Reserve.

Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya naik 0,06 persen, dengan euro turun 0,05 persen menjadi 1,1288 dolar AS.

Yen Jepang melemah 0,65 persen versus greenback pada 116,08 per dolar, setelah dolar mencapai level tertinggi 116,34 terhadap yen, level tertinggi sejak 11 Januari 2017.

"Tentu saja, dolar/yen di kisaran ketat, semuanya didorong oleh imbal hasil, 2022 ada di sini dan pasar hanya bersiap untuk suku bunga yang lebih tinggi dari The Fed, sehingga menjadi katalis utama yang mendorong dolar/yen lebih tinggi," kata Joe Manimbo, analis pasar senior di Western Union Business Solutions di Washington.

Menurutnya, omicron sangat tidak dapat diprediksi, tetapi sejauh ini pasar memandang varian itu tidak akan memberikan pukulan signifikan terhadap pemulihan, sehingga hanya meningkatkan sorotan pada bank sentral dan bagaimana mereka cenderung mendorong suku bunga lebih tinggi.

Sementara itu, Kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS di tengah ekspektasi kenaikan suku bunga Fed tahun ini telah mendukung dolar AS, dengan mereka yang memperkirakan setidaknya kenaikan 25 basis poin pada pertemuan komite penetapan kebijakan bank sentral pada Maret mencapai 60 persen, CME FedWatch Tool menemukan.

Imbal hasil obligasi 5 tahun AS, yang sensitif terhadap ekspektasi kenaikan suku bunga, mencapai level tertinggi sejak Februari 2020. Adapun, imbal hasil obligasi 2 tahun AS, yang juga mencerminkan pandangan pasar tentang suku bunga, turun tipis setelah menyentuh level tertinggi 22-bulan pada Senin (3/1/2022).

Di sisi lain, Presiden Federal Reserve Bank Minneapolis Neel Kashkari, yang dikenal sebagai dovish, memperkirakan bank sentral AS perlu menaikkan suku bunga dua kali tahun ini untuk mengatasi inflasi yang terus tinggi, membalikkan pandangannya yang telah lama dipegang bahwa suku bunga harus tetap di nol setidaknya sampai 2024.

Poundsterling terakhir diperdagangkan di 1,3531 dolar, naik 0,45 persen hari ini, setelah mencapai level tertinggi dua bulan di 1,3557 dolar terhadap greenback dan level tertinggi hampir dua tahun terhadap euro, didukung oleh ekspektasi bahwa bank sentral Inggris akan menaikkan suku bunga bulan depan.

Indeks dolar AS secara singkat memangkas kenaikannya setelah data ekonomi dari Institute for Supply Management (ISM) mengatakan indeks aktivitas pabrik nasional turun ke 58,7 bulan lalu, di bawah perkiraan 60,0. Itu adalah yang terendah sejak Januari lalu dan mengikuti angka 61,1 pada November.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hadijah Alaydrus
Terkini