Bisnis.com, JAKARTA – Komposisi aset PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. sebanyak 64,6 persen atau setara Rp588,6 triliun merupakan aset dengan penerapan prinsip Environmental, Social, & Governance (ESG) hingga kuartal III/2021.
Direktur Utama BRI Sunarso menjelaskan bahwa ESG menjadi komitmen perseroan dalam strategi transformasi BRI yang saat ini terus berlanjut. Berlandaskan cetak biru BRIVolution 2.0, Sunarso menyebut komitmen BRI dalam meningkatkan prinsip ESG terus dilakukan.
“Kemudian kami juga harus menyesuaikan organisasi kami supaya menunjukkan komitmen dan concern terhadap ESG. Untuk itu, BRI akan segera membentuk unit kerja khusus yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan ESG. Ini adalah bagian-bagian transformasi,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (7/1/2021).
Di samping itu, transformasi ini juga terus diupayakan ke 9 perusahaan anak. Transformasi ini, kata Sunarso, bertujuan meningkatkan fungsi value creation terhadap BRI Group.
Transformasi tersebut juga mendorong pemetaan risiko yang lebih optimal. Dengan demikian, perseron bisa tetap meneruskan pertumbuhan bisnis berkelanjutan untuk mencapai visi The Most Valuable Banking Group in Southeast Asia & Champion of Financial Inclusion pada 2025.
Menurut Sunarso, transformasi yang sudah dijalankan sejak 2016 ini telah berimplikasi positif bagi BRI dan seluruh stakeholder. Dari segi profitabilitas, BRI mencatatkan pertumbuhan laba bersih 45 persen year on year (yoy) menjadi Rp20,4 triliun per kuartal III-2021.
Tidak hanya itu, upaya transformasi ini juga sukses memitigasi adanya krisis Covid-19, yakni melalui digitalisasi penyaluran kredit yang fokus di segmen mikro. BRI telah mengubah sistem Loan Approval System (LAS) yang didigitalisasi melalui sistem BRISPOT.
Perubahan itu mengurangi kontak langsung antara insan BRILian (Pekerja BRI) dengan nasabah sehingga proses approval dapat berjalan secara efektif, cepat, dan aman.
“Bayangkan kalau selama pandemi ini kami tidak sempat mentransformasi cara kita memproses bisnis terutama di backbone, itu di Mikro. Maka patut kita panjatkan syukur, untung waktu itu kita mendigitalkan proses kredit kita di mikro. Kalau tidak, kita tidak akan mengalami pertumbuhan seperti sekarang ini,” ujarnya.
Dia mengungkapkan pandemi membuat seluruh pertumbuhan kredit di industri perbankan melemah. Namun, kredit di segmen UMKM BRI mampu tumbuh 12,5 persen yoy.
Sunarso menilai hal itu berkat kegigihan para Insan BRILian, digitalisasi proses bisnis, serta penerapan prinsip Good Corporate Governance (GCG) dalam setiap operasional bisnis BRI.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel