ITAGI Ungkap 3 Alasan Vaksin Booster Dibutuhkan, Ini Penjelasannya

Bisnis.com,10 Jan 2022, 17:36 WIB
Penulis: Fitri Sartina Dewi
Ilustrasi tenaga kesehatan (nakes) siap menyuntikkan vaksin dosis ketiga atau booster/Twitter Kemenkes RI

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah akan melaksanakan program vaksin booster pada 12 Januari 2022 untuk meningkatkan imunitas tubuh dari Covid-19.

Untuk mendukung program vaksin booster, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengumumkan lima jenis vaksin yang mendapatkan izin penggunaan darurat atau Emergency Use Authorization (EUA).

Kepala Badan POM, Penny K. Lukito, menjelaskan vaksin booster/lanjutan dibutuhkan untuk segera keluar dari Covid-19. Ada lima vaksin yang disetujui Badan POM untuk menjadi vaksin booster yaitu Coronavac, Pfizer, Astrazeneca, Moderna, dan Zifivax.

Sementara itu, Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), Sri Rezeki Hadinegoro menyatakan ada tiga alasan vaksin booster dibutuhkan.

Pertama, antibodi menurun dalam 6 bulan pasca vaksinasi dan bersamaan dengan munculnya varian-varian baru virus Corona.

Kedua, belum diketahui kapan berakhirnya pandemi yang membuat masyarakat harus punya imunitas yang tinggi.

"Alasan yang terakhir adalah equity, dalam arti semua orang berhak mendapatkan akses pada vaksin di seluruh provinsi," ujar Sri dalam keterangan pers, Senin (10/1/2022).

Sementara itu, BPOM telah mengkaji opsi vaksin booster sejak tahun lalu. Kepala BPOM Penny menyampaikan pihaknya telah mengkaji opsi ini dari November 2021 dengan melakukan kajian pada keamanan, khasiat, dan mutu vaksin dan bekerja sama dengan Komite Penilai vaksin Covid-19, berbagai asosiasi, dan ITAGI.

Dari kelima vaksin yang disetujui, 3 jenis vaksin yaitu Coronavac, Pfizer dan AstraZeneca bersifat homolog dalam arti hanya mereka yang vaksin primernya merupakan salah satu dari tiga vaksin tersebut, yang boleh mendapatkan booster tersebut.

Untuk Moderna, bersifat homolog dan heterolog, bisa digunakan oleh mereka yang menerima vaksin primernya moderna atau berbeda, sedangkan Zifivax merupakan vaksin heterolog.

Selain itu, BPOM juga mendukung kemandirian untuk produksi vaksin dalam negeri dengan memberikan pendampingan dalam pengembangan Zifivax yang merupakan kerja sama antara Anhui dan JBio dalam tahap produksi dalam negeri.

"Fasilitas produksi berupa pabrik juga tengah disiapkan dan kelak pabrik tersebut akan mampu produksi bahan baku sendiri," ujar Penny.

Anhui juga bekerjasama dengan PT Biotis karena telah memenuhi Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dari BPOM.

Dukungan untuk Vaksin Merah Putih juga dilakukan BPOM melalui pembuatan self assesment tools, pendampingan untuk CPOB dan saat ini dalam tahap menunggu pelaksanaan uji klinis karena vaksin tersebut sedang dalam tahap produksi untuk uji klinis.

Dalam pelaksanaan vaksinasi booster, Badan POM juga akan turut mengawal. Penny menyampaikan pihaknya akan melakukan pengawasan melalui seluruh UPT Badan POM di daerah yang akan memantau kelayakan vaksin, rantai dingin, tanggal kedaluwarsa dan akan melakukan sampling untuk memastikan aspek mutu, keamanan, dan khasiatnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fitri Sartina Dewi
Terkini