Sempat Lesu Tahun Lalu, Pegadaian Optimistis Tatap 2022

Bisnis.com,10 Jan 2022, 18:32 WIB
Penulis: Denis Riantiza Meilanova
Karyawan melintas didekat logo PT Pengadaian (Persero) di Jakarta, Senin (17/2/2020). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA -- PT Pegadaian memandang bisnis gadai masih prospektif pada 2022, seiring membaiknya perekonomian.

Sekretaris Perusahaan Pegadaian R Swasono Amoeng Widodo mengatakan, pertumbuhan ekonomi pada tahun ini diproyeksikan oleh pemerintah akan membaik di kisaran 5-5,5 persen atau telah kembali seperti kondisi sebelum pandemi. Hal ini menjadi salah satu faktor yang mendukung optimisme perusahaan.

"Perusahaan masih memandang tahun 2022 dengan lebih optimistis. Artinya, prospek bisnis, baik gadai maupun nongadai (mikro) masih besar. Optimisme tersebut didukung oleh indikator-indikator eksternal yang membaik," ujar Amoeng kepada Bisnis, pekan lalu.

Di samping itu, kata Amoeng, kasus Covid-19 di Indonesia dalam beberapa bulan terakhir juga cukup terkendali, meski harus tetap waspada terhadap perkembangan varian baru Omicron.

Pertumbuhan kredit sampai dengan Juni 2021 yang secara agregat telah mengalami peningkatan atau rebound hingga 1,5 persen dibandingkan 3 bulan sebelumnya, juga menjadi sinyal positif bagi Pegadaian.

Kinerja pembiayaan Pegadaian mengalami penurunan di 2021. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Oktober 2021, pembiayaan dan pinjaman yang disalurkan oleh PT Pegadaian mencapai Rp52,77 triliun atau turun 7,95 persen year on year (yoy).

Menurut Amoeng, penurunan kinerja tersebut disebabkan karena adanya penurunan harga emas yang mulai terjadi pada kuartal III/2020. Jika per Agustus 2020 saja harga emas rata-rata mencapai titik tertinggi Rp935.000, per Agustus 2021 kemarin hanya mencapai Rp826.000 atau turun 12 persen yoy.

"Fenomena penurunan harga emas tersebut berdampak pada kinerja bisnis Pegadaian, khususnya bisnis gadai yang 90 persen lebih agunan yang dijaminkan adalah perhiasan emas. Penurunan harga emas tersebut juga mempengaruhi perilaku nasabah salah satunya tidak melakukan penebusan gadai atau merelakan barang jaminannya untuk dilelang karena nilai jualnya menurun," jelasnya.

Faktor lainnya yang menyebabkan perlambatan bisnis perusahaan, antara lain menurunnya kemampuan nasabah untuk repayment kredit nongadai atau mikro akibat dampak pandemi dan adanya bantuan sosial dan kredit dari pemerintah sehingga kebutuhan finansial masyarakat relatif tercukupi tanpa harus menggadaikan asetnya.

Di sisi lain, lebaran di masa pandemi juga turut mempengaruhi bisnis gadai. Amoeng menuturkan, biasanya tren penebusan gadai akan masif menjelang hari raya Idul Fitri dan biasanya akan diikuti dengan tren ‘menggadai kembali’ pascalebaran.

"Namun, hari raya Idul Fitri 2021 berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, karena penurunan daya beli masyarakat dalam masa pandemi juga turut berperan terhadap perlambatan proses repeat order pasca lebaran tahun ini. Hasil survey internal juga mensinyalir bahwa mayoritas nasabah tersebut telah menjual barang jaminan yang biasa digadaikan," kata Amoeng.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Azizah Nur Alfi
Terkini