Restrukturisasi Kredit BNI (BBNI) Turun Jadi Rp78,38 Triliun, LaR Capai 25,18 Persen

Bisnis.com,12 Jan 2022, 18:15 WIB
Penulis: Dionisio Damara
Gedung BNI/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) sampai dengan November 2021 mencatatkan penurunan nilai restrukturisasi kredit sebesar 22,47 persen secara year to date (ytd) atau menjadi Rp78,38 triliun.

Penurunan jumlah kredit yang direstrukturisasi diikuti oleh berkurangnya rasio kredit berisiko (loan at risk/LaR) perseroan. LaR BNI hingga November 2021 tercatat sebesar 25,18 persen, turun dari posisi Desember 2020, yakni 28,74 persen.

Loan at risk merupakan indikator risiko atas kredit yang disalurkan yang terdiri atas kredit kolektibilitas 1 yang telah direstrukturisasi, kolektibilitas 2 atau dalam perhatian khusus, serta kredit bermasalah (non-performing loan/NPL).

Sekretaris Perusahaan BNI Mucharom mengatakan penurunan restrukturisasi ini terjadi secara linier baik di segmen usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) maupun korporasi. Kondisi ini pun membuat pelaku usaha dan perseroan optimistis melanjutkan ekspansi pada 2022.

“Hal ini turut menggerakkan ekonomi dan memberi optimisme kepada debitur restrukturisasi untuk kembali optimistis melanjutkan rencana ekspansinya. LaR pun juga menunjukkan tren serupa, sehingga membuat BNI semakin percaya diri untuk ekspansi lebih berkualitas,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (12/1/2022).

Mucharom menuturkan sejumlah langkah strategis telah disiapkan oleh BNI untuk meningkatkan kualitas kredit yang direstrukturisasi dengan perbaikan manajemen risiko dan inisiatif.

Pertama adalah perbaikan end-to-end credit process baik segmen business banking maupun segmen consumer, meliputi pipeline management, underwriting process dan monitoring. Selain itu, BNI juga melakukan evaluasi LaR secara periodic dan monitoring kredit secara disiplin.

Sementara itu, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin menilai penurunan LaR dari BNI mengindikasikan terjadinya tiga hal.

Menurutnya, indikasi pertama adalah potensi terjadinya ekspansi yang bisa dilakukan BNI untuk menambah penyaluran kredit berkualitas. Indikasi kedua, penurunan tersebut membuat perseroan bisa menahan laju Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) yang berdampak pada laba.

Ketiga, BNI bisa mengirimkan sinyal kepada dunia usaha terkait pemenuhan kebutuhan kredit. Amin berpendapat sinyal ini dapat menarik pelaku usaha yang kini memasuki masa pemulihan, setelah terdampak pandemi sejak awal 2020.

“Pada 2022 pasti ada kemungkinan penurunan LaR lagi. Sektor yang mulai bisa menjadi pendorong pertumbuhan [kredit] adalah pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan [sawit], dan farmasi. Meski pandemi menurun tapi masih akan ada potensi pertumbuhan bisnis farmasi,” kata Amin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Azizah Nur Alfi
Terkini