Tarif KRL Naik, KAI Commuter Semakin Untung?

Bisnis.com,13 Jan 2022, 20:18 WIB
Penulis: Rahmi Yati
Ilustrasi-Sejumlah calon penumpang menunggu kedatangan Kereta Rel Listrik (KRL) di Stasiun Tambun, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Senin (27/7/2020). /Antara-Fakhri Hermansyah

Bisnis.com, JAKARTA — PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) atau KAI Commuter menilai naiknya tarif perjalanan Kereta Rel Listrik (KRL) di Jabodetabek pada April 2022 belum tentu sebanding dengan naiknya pendapatan perusahaan.

"Belum tentu juga [pendapatan KCI naik] karena saat ini kondisinya pandemi, ya perlu dikaji lagi," kata VP Corporate Secretary KAI Commuter Anne Purba kepada Bisnis, Kamis (13/1/2022).

Pasalnya, ujar Anne, sebelum pandemi Covid-19 melanda Tanah Air, KAI Commuter bisa mengangkut sekitar 1,2 juta pengguna KRL dalam sehari. Sedangkan saat ini, penumpang masih di bawah 500.000.

"Kita base volume kalau sebelum pandemi kita bisa angkut 1,2 juta penumpang. Saat ini masih di bawah 500.000," imbuhnya.

Sebelumnya, pemerintah berencana menaikkan tarif KRL Jabodetabek menjadi Rp5.000 di 25 km pertama atau naik Rp2.000 dari tarif yang berlaku saat ini sebesar Rp3.000 pada April 2022. Kemudian untuk 10 km selanjutnya kenaikannya tetap Rp1.000.

Kementerian Perhubungan mengusulkan adanya kenaikan tarif KRL Jabodetabek ini salah satunya karena sudah tidak mengalami penyesuaian tarif sejak 2015. 

Menurut Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi, kebijakan tersebut dapat berdampak pada menurunnya jumlah pengguna KRL sebesar 3 persen. Namun, penurunan tersebut tidak otomatis membuat banyak orang beralih ke moda transportasi lain.

Dengan begitu, lanjutnya, juga masih ada peluang atau estimasi peningkatan pendapatan PT KCI kendati adanya kenaikan tarif perjalanan.

“Berdasarkan data yang ada sebanyak 95,5 persen pengguna yang disurvei mengatakan akan tetap menggunakan moda transportasi kereta api meskipun tarif dinaikkan dengan alasan bahwa kurangnya pilihan alternatif moda transportasi yang lain yang lebih murah,” ujar Tulus dalam sebuah diskusi virtual, Rabu (12/1/2022).

Dia mengaku tidak begitu mempermasalahkan rencana usulan kenaikan tarif KRL Jabodetabek itu. Terlebih, bila kenaikan tarif tersebut sudah memperhitungkan ability to pay (ATP) atau kemauan membayar dan willingness to pay (WTP) atau kemampuan membayar.

Menurutnya, berdasarkan pertimbangan ATP, WTP, tingkat kepuasan pengguna, dan berbagai kelebihan pada moda transportasi commuter maka PT KAI memiliki ruang untuk menaikkan tarif dasar kereta commuter sebesar Rp2.000.

"Kita juga sudah mendapatkan data dari survei yaitu jumlah pengguna kereta didominasi jarak tempuh di bawah 25 km. Secara total jumlah pengguna dengan jarak tempuh di bawah 25 km mencapai 84 persen dari total responden,” tuturnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Muhammad Khadafi
Terkini