Dicecar soal Modal Inti, Bank of India Indonesia (BSWD) Beri Penjelasan ke Bursa

Bisnis.com,14 Jan 2022, 18:30 WIB
Penulis: Rika Anggraeni
Bank of India Indonesia/boiindonesia.co.id

Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank of India Indonesia Tbk. (BSWD) menyampaikan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) bahwa perseroan telah memenuhi kewajiban modal inti minimum paling sedikit Rp2 triliun selama 2021, di mana modal inti Bank of India Indonesia saat ini senilai Rp2,016 triliun.

Hal itu disampaikan manajemen perseroan dalam keterbukaan informasi di BEI pada Jumat (14/1/2022). Manajemen mengungkapkan, upaya yang telah dilakukan dalam tahapan pemenuhan modal inti tersebut adalah pengiriman dana oleh Bank of India, Mumbai selaku Pemegang Saham Pengendali.

“Bank of India, Mumbai selaku Pemegang Saham Pengendali [PSP] yang telah melakukan pengiriman dana sejumlah Rp1 triliun pada akhir Desember 2021 untuk dipergunakan sebagai menambah modal disetor dan bank telah mendapatkan persetujuan atas pencatatan dan penggunaan dana setoran modal dimaksud dari OJK,” tulis manajemen Bank of India Indonesia dalam keterbukaan informasi, dikutip Jumat (14/1/2022).

Disebutkan pula, dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) 2022-2024 yang telah disampaikan ke OJK, Pemenuhan Kewajiban Modal Inti selanjutnya sebesar Rp1 trilliun akan dilakukan pada Desember 2022.

Manajemen menyampaikan, saat ini Bank of India, Mumbai berkomitmen untuk memenuhi ketentuan V Peraturan Bursa No. 1-A terkait free float. Sementara itu, perseroan menyatakan untuk saat ini belum ada rencana perubahan struktur pemegang saham, ultimate beneficial owner dan/atau pengendali.

“Dampak pemenuhan tersebut terhadap kinerja operasional dan keuangan Bank of India Indonesia, yakni adanya idle fund yang cukup besar yang perlu segera disalurkan dalam bentuk aktiva produktif. Selain itu, adanya peningkatan likuiditas serta kenaikan rasio permodalan [CAR],” terangnya.

Lebih lanjut, strategi yang dilakukan Bank of India Indonesia untuk mempertahankan pemenuhan tersebut adalah meningkatkan kualitas kredit, memperhatikan serta meningkatkan manajemen risiko yang lebih baik, dan menambah pinjaman corporate (loan to retail).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Sulistyo Rini
Terkini