Wall Street Ditutup Berbalik Menguat Didorong Sektor Teknologi

Bisnis.com,15 Jan 2022, 06:14 WIB
Penulis: Aprianto Cahyo Nugroho
Pekerja berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (3/1/2021). Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA – Mayoritas bursa saham Amerika Serikat ditutup rebound pada perdagangan Jumat (14/1/2022), dipimpin oleh penguatan saham emiten teknologi.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks S&P 500 ditutup berbalik menguat tipis 0,08 persen ke level 4.662,85 setelah berfluktuasi sepanjang perdagangan, sedangkan indeks Nasdaq menguat 0,59 persen ke 14.893,75.

Di sisi lain, indeks Dow Jones Industrial Average masih ditutup melemah 0,56 persen ke level 35.911,81 setelah JPMorgan Chase & Co. dan Citigroup Inc. mencatat penurunan kinerja yang lebih buruk dari perkiraan dan membebani sektor perbankan. Saham Wells Fargo & Co. naik karena memproyeksikan penyaluran peningkatan penyaluran kredit.

Sektor teknologi memimpin rebound di Wall Street di saat, dengan investor mengatur ulang strategi mereka di tengah meningkatnya proyeksi kenaikan suku bunga acuan.

Kepala JPMorgan Jamie Dimon mengatakan Federal Reserve dapat menaikkan suku bunga sebanyak tujuh kali. Ia juga memperingatkan bahwa pengetatan tidak akan selalu "manis dan lembut" seperti yang diperkirakan beberapa orang.

Presiden The Fed wilayah New York John Williams mengatakan bahwa bank sentral semakin mendekati keputusan untuk mulai menaikkan suku bunga secara bertahap mengingat tanda-tanda pasar tenaga kerja yang kuat.

Sementara itu, Presiden The Fed wilayah Philadelphia Patrick Harker mengatakan bahwa kemungkinan besar bank sentral akan menaikkan suku bunga 25 basis poin sebanyak tiga atau empat kali tahun ini.

Analis investasi AS di eToro, Callie Cox mengatakan pijakan investor kali ini sedang digoyahkan oleh rencana kenaikan suku bunga the Fed.

“Bagaimanapun, ekspektasi The Fed berubah dari tidak ada kenaikan pada 2022 menjadi empat kali dalam beberapa bulan. Ini bisa menjadi perubahan besar dalam cara investor memandang risiko dan imbalan dari pasar yang berbeda. Dan perubahan ini bisa jadi tidak nyaman bagi mereka,” ungkap Callie, seperti dikutip Bloomberg, Sabtu (15/1/2022).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini