Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) telah mengumumkan rencana pengambilalihan saham PT Bank Mayora dalam waktu dekat. Aksi korporasi itu akan dilakukan BBNI dengan mengambil alih porsi kepemilikan 63,92 persen saham Bank Mayora.
Berdasarkan ringkasan rancangan pengambilalihan yang dirilis melalui Harian Bisnis Indonesia edisi Sabtu (22/1/2022), BNI berencana mengambil alih Bank Mayora melalui penerbitan sebanyak-banyaknya 1.029.151.550 saham baru (1,02 miliar saham) yang mewakili 54,90 persen dari seluruh saham yang telah ditempatkan dan disetor dalam Bank Mayora.
Selain itu, emiten bank pelat merah itu juga akan membeli sebanyak 169.078.288 saham yang dimiliki IFC (International Finance Corporation).
Lewat aksi ini, BNI berencana mengambil alih Bank Mayora untuk mendukung transaksi digital masyarakat dan juga sejalan dengan transformasi perseroan untuk membentuk suatu bank digital melalui strategi anorganik, yaitu pengambilalihan Bank Mayora, yang selanjutnya akan ditransformasikan menjadi bank digital.
“Bank Mayora akan menghadirkan solusi digital berbasis ekosistem, khususnya untuk membantu UKM dalam mengakomodir kebutuhan layanan perbankan dan bisnis UKM,” tulis ringkasan rancangan pengambilalihan, dikutip Senin (24/1/2022).
Jika menilik dari laporan keuangan hingga September 2021, Bank Mayora membukukan laba bersih tahun berjalan sebesar Rp32,7 miliar per September 2021. Laba Bank Mayora naik 234 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari laba periode yang sama tahun lalu senilai Rp9,8 miliar.
Sementara itu, pendapatan bunga turun 8 persen yoy atau Rp3,7 miliar dan beban bunga ikut menyusut 13 persen yoy menjadi Rp1,7 miliar pada September 2021. Dari sana, pendapatan bunga bersih susut 3 persen yoy menjadi Rp1,9 miliar.
Selain itu, Bank Mayora telah menyalurkan kredit sebesar 3,7 triliun hingga September 2021. Angka ini turun 12 persen dari pembiayaan pada Desember 2020 sebesar Rp4,3 triliun.
Dari sisi penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), Bank Mayora tumbuh 15 persen ytd menjadi Rp7,34 triliun. Pertumbuhan tersebut berasal dari dana murah berupa giro dan tabungan (CASA) yang tumbuh sebesar 42 persen ytd, dari Rp2,09 triliun menjadi Rp2,96 triliun.
Dengan demikian, total aset Bank Mayora naik 12 persen ytd. Total aset perseroan per Desember 2020 sebesar Rp8,01 triliun naik menjadi Rp9 triliun per September 2021.
Selain itu, Bank Mayora juga tercatat mendapatkan rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) di level 3,21 persen secara gross dan 2,09 persen secara net pada September 2021.
Untuk NIM dan BOPO, perseroan mencatatkan rasio masing-masing sebesar 3,33 persen dan 91,69 persen pada September 2021. Adapun, rasio pengembalian aset (return on asset/ROA) dan ROE menjadi 0,52 persen dan 3,62 persen pada periode yang sama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel