Butuh Setengah Abad Sepakati Perjanjian Ekstradisi RI-Singapura

Bisnis.com,25 Jan 2022, 15:22 WIB
Penulis: Setyo Aji Harjanto
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) Yasonna Laoly bersama dengan Menteri Dalam Negeri Singapura K Shanmugam meneken perjanjian ekstradisi, Selasa (25/1/2022)./Sumber: Kemenkumham

Bisnis.com, JAKARTA -- Setelah hampir 50 tahun, Indonesia akhirnya menandatangani perjanjian ekstradisi dengan Singapura.

Menteri Hukum dan HAM Yasonna H. Laoly mengatakan bahwa perjanjian itu bermanfaat untuk mencegah dan memberantas tindak pidana yang bersifat lintas batas negara seperti korupsi, narkotika, dan terorisme. 

Yasonna menjelaskan, Perjanjian Ekstradisi Indonesia-Singapura memiliki masa retroaktif (berlaku surut terhitung tanggal diundangkannya) selama 18 tahun ke belakang.

Hal itu sesuai dengan ketentuan maksimal daluwarsa sebagaimana diatur dalam Pasal 78 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Indonesia.

“Perjanjian Ekstradisi ini akan menciptakan efek gentar (deterrence) bagi pelaku tindak pidana di Indonesia dan Singapura,” ungkap  Guru Besar Ilmu Kriminologi di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian tersebut.

Dikutip dari berbagai sumber, perjanjian ekstradisi antara Indonesia dan Singapura telah dirintis oleh Indonesia sejak tahun 1972. Sempat timbul tenggelam, perjanjian ekstradisi mulai diupayakan pemerintah Indonesia pada tahun 1998.

Pada 16 Desember 2002, bertempat di Istana Bogor, Presiden Megawati Soekarnoputri dan Perdana Menteri Singapura Goh Chok Thong melakukan pertemuan bilateral guna membahas hal terkait pengembangan kerja sama kedua negara di segala bidang.

Salah satu hasil pertemuan tersebut adalah tercapainya kesepakatan bahwa Indonesia dan Singapura akan menyusun action plan/rencana aksi pembentukan Perjanjian Ekstradisi Indonesia – Singapura. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

  1. 1
  2. 2
Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Edi Suwiknyo
Terkini