Indocement (INTP) Sebut Kelebihan Pasokan Semen Bikin Persaingan Makin Ketat

Bisnis.com,25 Jan 2022, 09:53 WIB
Penulis: Reni Lestari
Pekerja melakukan aktivitas bongkar muat semen di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, Senin (4/9)./JIBI-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA – Kelebihan pasokan atau oversupply industri semen nasional menjadi masalah menahun yang belum kunjung selesai.

Produsen semen PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP) menyatakan hal itu bisa berdampak pada stagnannya utilitas produksi perseroan yang berada di angka 55–60 persen pada tahun lalu.

Direktur dan Sekretaris Perusahaan Indocement Oey Marcos mengatakan, ketidakseimbangan permintaan dan penawaran menyebabkan persaingan antarpabrikan menjadi ketat.

“Oversupply juga tetap menjadi kendala utama, di mana saat ini tingkat utilitas rata-rata pabrikan masih di sekitaran 55–60 persen. Tentunya hal ini menyebabkan persaingan menjadi sangat ketat,” kata Oey kepada Bisnis, Selasa (25/1/2022).

Sebelumnya, Asosiasi Semen Indonesia (ASI) mencatat total kapasitas terpasang industri semen pada tahun lalu mencapai 116 juta ton. Sementara itu, konsumsi dalam negeri hanya sebesar 66,21 juta ton, dan volume ekspor mencapai 11,6 juta ton.

Dengan demikian, ada kelebihan kapasitas di atas 40 juta ton. Pemerintah melalui Kementerian Investasi/Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM) disebut-sebut tengah melakukan moratorium izin baru pabrik semen.

Oey melanjutkan, tantangan selanjutnya yang diperkirakan akan menghambat kinerja industri pada tahun ini adalah risiko gelombang baru Covid-19 akibat penyebaran varian Omicron. Ada pula risiko naiknya biaya energi, seperti batu bara yang mungkin dapat terjadi lagi tahun ini.

“Kami sangat menghargai kebijakan pemerintah saat ini untuk mencegah kelangkaan batu bara di dalam negeri. Semoga ke depannya tidak kembali terjadi,” jelasnya.

Sementara itu, sepanjang tahun lalu perseroan mencatatkan penjualan semen sebesar 17 juta ton, naik sekitar 3 persen dibandingkan dengan capaian 2020.

Oey mengatakan, tahun ini pihaknya membidik pertumbuhan yang hampir sama di kisaran 3 persen hingga 4 persen, sambil terus mencermati perkembangan yang terjadi.

“Terutama perkembangan dari naiknya Covid Omicron, di mana jika kembali terjadi pengetatan tentunya dapat berdampak kepada pertumbuhan semua industri,” jelas Oey.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Lili Sunardi
Terkini