Belanja Barang Mewah 'Crazy Rich China' Naik Tajam Saat Pandemi

Bisnis.com,25 Jan 2022, 11:11 WIB
Penulis: Nindya Aldila
Ilustrasi bendera nasional China/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Belanja masyarakat di China untuk barang mewah meningkat tajam hingga 36 persen menjadi 471 yuan atau setara US$73,59 miliar pada 2021 dibandingkan dengan setahun sebelumnya.

Hal ini seperti yang diungkapkan oleh perusahaan konsultan Bain yang berbasis di Massachusetts, Amerika Serikat, seperti dikutip dari CNBC pada Senin (24/1/2022).

Pertumbuhan penjualan barang mewah terjadi meski penjualan ritel di China menurun sejak 2020. Dengan demikian, China memang menjadi destinasi bagi merek internasional.

Bain menunjukkan bahwa kontribusi pasar barang mewah dari China naik menjadi 21 persen pada 2021 dari 20 persen pada 2020.

"Kami memperkirakan pertumbuhan ini akan berlanjut, menjadikan China sebagai pasar barang mewah dunia pada 2025, terlepas dari pola perjalanan internasional di masa depan," dikutip dari laporan.

Barang mewah seperti produk berbasis kulit tumbuh hingga 60 persen dan menjadi kategori yang paling cepat pertumbuhannya, diikuti dengan 40 persen pertumbuhan pada fesyen dan lifestyle.

Kendati demikian, wilaya seperti Hainan, pulai di selatan China, telah menyediakan sejumlah tempat belanja produk internasional bebas pajak. Merek-merek mewah ini meninggalkan Hong Kong setelah kericuhan berkepanjangan yang terjadi.

Penjualan barang mewah bebas pajak ini menunjukkan pertumbuhan hingga 85 persen pada 2021, mencapai lebih dari 60 miliar yuan, turun dari 2020 sebesar 122 persen.

Hainan berkontribusi hingga 13 persen dari total pasar barang mewah di China pada tahun lalu, naik dari 9 persen pada 2020 dan 6 persen pada tahun-tahun sebelumnya.

"Pasar bebas pajak di Hainan masih tertinggal dalam kisaran produk dan daya saing harga, terutama untuk produk kelas menengah ke atas. Sementara itu, konsumen China mungkin lebih suka menggabungkan belanja mereka dengan liburan ke luar negeri, untuk merasakan budaya dan lingkungan asing," ungkap para analis Economist Intelligence Unit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hadijah Alaydrus
Terkini