Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) membukukan kinerja positif pada tahun buku 2020 dengan mencatatkan laba bersih sebesar Rp10,89 triliun atau tumbuh 232,2 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Di sisi lain, Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini mengatakan perseroan memiliki likuiditas yang sangat mencukupi dan jauh melampaui pertumbuhan kredit di tahun 2020.
BNI mencatat, pertumbuhan kredit ditopang oleh dana pihak ketiga (DPK) yang mencapai Rp729,17 triliun atau tumbuh 15,5 persen secara yoy. Penghimpunan DPK perseroan menguat pada kuartal IV/2021, walaupun suku bunga simpanan terus menurun.
“Atas kondisi DPK tersebut, BNI memiliki cadangan likuiditas yang tangguh dan siap digunakan untuk mengantisipasi atas permintaan kredit meningkat atau pasar obligasi yang berubah menjadi lebih baik di tahun 2022,” kata Novita dalam paparan Kinerja BNI Laporan Keuangan 2021 secara virtual, Rabu (26/1/2022).
Novita melanjutkan, rasio dana murah atau current account and saving account (CASA) BNI masih mendominasi dari pertumbuhan DPK, yaitu terjaga pada level 69,4 persen dari seluruh DPK. Dengan demikian, CASA BNI tumbuh hingga 17,1 persen yoy menjadi Rp 506,06 triliun.
“Ini disebabkan karena memang fokus kita untuk meningkatkan transaksi dan juga meningkatkan layanan mobile banking kita,” jelasnya.
Novita mengungkapkan, pertumbuhan dana murah ini mendorong perbaikan cost of fund dari 2,6 persen pada akhir 2020 menjadi 1,6 persen pada 2021.
Adapun, pada akhir 2021, pendapatan fee based income (FBI) emiten bersandi BBNI ini tumbuh 12,8 persen yoy menjadi sebesar Rp13,64 triliun.
Pertumbuhan tersebut sejalan dengan strategi perseroan yang lebih memfokuskan kepada transaksi untuk nasabah BNI. Pencapaian FBI perseroan terutama didorong oleh fee consumer dan fee business banking yang masing-masing tumbuh 6 persen yoy dan 10,7 persen yoy.
“Pertumbuhan ini menandai pemulihan yang kuat dibandingkan tahun sebelumnya,” imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel