Industri Reksa Dana Menanti Insentif Obligasi Pemerintah

Bisnis.com,28 Jan 2022, 16:08 WIB
Penulis: Pandu Gumilar
ilustrasi reksa dana

Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah diharapkan bisa memberikan insentif kepada industri reksa dana supaya penyerapan dari sisi domestik semakin besar.

Direktur Panin Asset Management Rudiyanto mengharapkan ada insentif yang diberikan ke pemerintah ke industri reksa dana. Adapun pemerintah telah menurunkan tarif pajak untuk obligasi menjadi 10 persen dari sebelumnya 15 persen.

“Jika ada insentif untuk industri reksa dana sebagaimana dulu, akan lebih baik lagi. Pasalnya reksa dana juga merupakan memiliki obligasi dalam porsi yang cukup besar per Des 2021 pada posisi Rp148 triliun,” katanya kepada Bisnis pada Jumat (28/1/2022).

Rudiyanto menambahkan sejauh ini pasar domestik memiliki kekuatan dalam menyerap obligasi. Pasalnya banyak dana asing yang keluar dari Surat Utang Negara, tetapi harga obligasi masih relatif stabil. Hal ini menunjukkan bahwa dana yang keluar banyak terserap oleh investor domestik

Meski demikian, Rudiyanto menilai bahwa tahun ini bunga obligasi akan terkerek naik imbas dari tapering yang dilakukan Amerika Serikat. “Ada kemungkinan menyesuaikan dengan kebijakan Bank Sentral AS, namun terbatas di 2-3x kenaikan antara 0,50 persen sampai 0,75 persne karena kondisi domestik Indonesia yaitu inflasi terkendali dan surplus transaksi,” katanya.

Setelah rencana The Fed yang akan menaikkan suku bunga secara agresif, ekonom memperkirakan untuk sementara investor akan mengalihkan surat utangnya, terutama Surat Berharga Negara (SBN), ke tenor menengah hingga panjang. 

Senior Economist Samuel Sekuritas, Fikri C. Permana melihat bahwa secara umum kenaikan suku bunga oleh The Fed tidak ada kejutan karena isu ini memang sudah beredar dari tahun sebelumnya. Namun tentu dengan adanya kemungkinan kenaikan suku bunga di bulan Maret menurutnya akan mendorong kenaikan yield obligasi terutama untuk tenor pendek.

“Orang akan sedikit menjaga diri di tenor pendek ya untuk SUN, tapi mungkin obligasi korporasi, orang mungkin akan berpindah ke rating yang lebih tinggi dalam artian mungkin yang lebih baik ya,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini