Industri Leasing Tetap Melaju Meski Ada Omicron, Ini Alasannya

Bisnis.com,03 Feb 2022, 17:30 WIB
Penulis: Aziz Rahardyan
Direktur MTF Harjanto dan Ketua APPI Suwandi berpose di depan mobil listrik, Senin (7/9/2020)

Bisnis.com, JAKARTA - Setelah terdampak pandemi dua tahun belakangan dan bakal menghadapi potensi lonjakan kasus Covid-19 lagi di tahun ini, industri pembiayaan (multifinance) tetap optimistis.

Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) pun masih percaya para pemain masih mampu berkontribusi membawa industri mencetak pertumbuhan nilai piutang pembiayaan perdana sejak pandemi pada akhir 2022 ini.

Ketua Umum APPI Suwandi Wiratno menjelaskan bahwa optimisme ini merupakan akibat dari penurunan yang sudah terlalu dalam pada periode 2020, yang masih berlanjut ke koreksi tipis pada 2021.

Oleh sebab itu, tak heran apabila Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun memiliki proyeksi piutang pembiayaan industri multifinance bisa tumbuh sekitar 12 persen (year-on-year/yoy) pada akhir tahun ini.

"Proyeksi OJK pasti kami usahakan, karena ini bukti optimisme dari otoritas. Tapi memang target double digit itu paling optimistis, ya, karena ketika itu belum terlihat potensi lonjakan kasus Covid-19 seperti terjadi baru-baru ini. Namun, proyeksi konservatif APPI pun masih bisa tumbuh 6 persen sampai 8 persen," ujarnya kepada Bisnis, Kamis (3/2/2022).

Sebagai informasi, berdasarkan statistik OJK per Desember 2021, piutang pembiayaan neto industri senilai Rp364,23 triliun hanya terkontraksi 1,49 persen (yoy) dari Rp369,75 triliun pada Desember 2020. Jauh dibandingkan penurunan periode 2020 alias awal pandemi, yang ketika itu menembus hingga 18,23 persen (yoy).

Adapun, dilihat dari piutang pembiayaan bruto berdasarkan objek pembiayaan senilai Rp388,64 triliun yang juga hanya terkontraksi 1,3 persen (yoy), tren rebound telah tampak pada akhir tahun, ditopang seluruh objek andalan penyaluran kredit multifinance yang juga membaik.

Sebagai perbandingan, outstanding objek seperti alat berat (Rp28,94 triliun), mobil komersial (Rp42,15 triliun), motor baru (Rp64,89 triliun), mobil baru (Rp112,05 triliun), barang elektronik (Rp3,9 triliun), dan seluruh bidang jasa (Rp12,06 triliun), semuanya terus naik di sepanjang kuartal IV/2021.

Oleh sebab itu, Suwandi optimistis objek-objek andalan ini tidak akan mengalami tren penurunan signifikan lagi seperti dua tahun belakangan, sehingga membawa total outstanding industri bergerak ke arah lebih baik.

"Debitur sektor korporasi di sebagian sektor permintaannya mulai ramai, terutama buat alat berat dan truk, walaupun ada hambatan di keterbatasan unit. Sektor ritel juga demikian, daya belinya mulai pulih, walaupun masih ada tantangan kembali lesu ketika ada PPKM ketat lagi. Tapi secara keseluruhan, semua sudah lebih baik di tahun ini," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hadijah Alaydrus
Terkini