Bisnis.com, JAKARTA — Industri pembiayaan (multifinance) mulai melirik kembali penerbitan surat utang atau obligasi sebagai sumber pendanaan operasional sepanjang 2022, untuk mendapatkan biaya dana alias cost of funds yang lebih kompetitif.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno mengungkap pemain yang sudah bisa menerbitkan surat utang tentu akan mencoba strategi ini sebagai langkah diverifikasi sumber pendanaan, karena umumnya gelontoran modal dari perbankan sudah normal seiring kondisi perekonomian nasional.
"Perusahaan multifinance independen dan kecil sudah mulai ada pergerakan, walaupun belum besar. Kalau [pemain] yang menengah ke atas, dimiliki bank atau dealer kendaraan, pendanaannya sudah lancar sekali buat operasional, bahkan punya kas untuk membayar surat utang jatuh tempo tanpa refinancing," ujarnya kepada Bisnis, Jumat (4/2/2022).
Oleh sebab itu, tak heran apabila golongan multifinance menengah ke atas tersebut mulai melirik pendanaan dari obligasi dan sukuk lagi untuk berekspansi, demi memperbesar nilai pembiayaan, sekaligus mempertahankan pangsa pasarnya.
Sebagai gambaran, berdasarkan statistik OJK per Desember 2021, total pendanaan yang diterima 161 pemain industri multifinance senilai Rp215,95 triliun tercatat masih turun 6,91 persen (year-on-year/yoy).
Namun, di antara komponen pembentuk total pendanaan tersebut, pendanaan dari bank dalam negeri senilai Rp138,18 triliun telah positif 3,6 persen (yoy), membuat total sumber pendanaan dari dalam negeri ikut bertumbuh.
Adapun, total pendanaan dari luar negeri Rp72,55 triliun masih minus 20,9 persen (yoy), karena kontraksi dari sumber pendanaan bank luar negeri (Rp52,99 triliun). Namun, pendanaan dari lembaga jasa keuangan bukan bank (Rp14,3 triliun) dan entitas luar negeri lainnya (Rp5,24 triliun) sama-sama tercatat naik.
Sementara itu, nilai surat berharga yang diterbitkan senilai Rp48,43 triliun masih terkontraksi 12 persen (yoy). Namun, tren kenaikan mulai tampak sejak kuartal IV/2021, karena beberapa multifinance yang menerbitkan surat utang baru berani merealisasikan rencananya menunggu pandemi Covid-19 Jilid II di pertengahan tahun lalu mereda terlebih dahulu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel