Bisnis.com, JAKARTA - Selama geliat beberapa sektor produktif langganan para pemain industri pembiayaan (multifinance) masih berlangsung sebagaimana tahun lalu, pertumbuhan pembiayaan di objek terkait berpeluang turut terdongkrak lebih tinggi.
Sekadar informasi, berdasarkan data total piutang pembiayaan bersih industri multifinance per Desember 2021 senilai Rp364,23 triliun yang masih terkontraksi 1,49 persen (year-on-year/yoy), pembiayaan di sektor produktif tampak menjadi penolong buat industri menjadi tak jatuh lebih dalam.
Secara terperinci, di tengah pembiayaan multiguna (Rp206,9 triliun) yang masih terkontraksi 6,9 persen (yoy), sektor produktif lewat pembiayaan investasi senilai Rp114,27 triliun mampu tumbuh 2,9 persen (yoy), sementara pembiayaan modal kerja senilai Rp28,95 triliun tumbuh 17,5 persen (yoy).
Adapun, berdasarkan objek pembiayaan, alat berat Rp28,94 triliun telah tumbuh 3,7 persen (yoy), mobil komersial Rp42,15 triliun telah tumbuh 2,5 persen (yoy). Masih mampu menahan kontraksi dari kredit mesin-mesin pabrik, alat transportasi air, gedung, komputer, dan barang produktif lain-lain.
Direktur Utama PT Chandra Sakti Utama Leasing (CSUL Finance) sekaligus Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno optimistis bahwa geliat kredit investasi oleh pelaku usaha di beberapa sektor yang moncer sejak 2020, masih akan bertahan di tahun ini.
Terlihat bahwa outstanding yang disumbang dari debitur di industri tambang, perkebunan, kehutanan, kesehatan, manufaktur, serta perdagangan besar & eceran dan reparasi otomotif, bahkan sudah mulai positif. Sementara konstruksi, pengangkutan, pergudangan, mulai dalam tren kenaikan.
"Debitur pelaku usaha memang belum semuanya mau investasi dan berekspansi. Bisa karena waktunya belum tepat, dan lain sebagainya tergantung kondisi sektoral mereka. Tapi di sektor-sektor tersebut, kami lihat sudah agresif lagi, mood kredit investasinya sudah bagus. Apalagi di bidang pertambangan, ya," ujarnya kepada Bisnis, Senin (7/2/2022).
Suwandi memberikan gambaran di CSUL Finance yang merupakan bagian dari Grup Trakindo lewat PT Tiara Marga Trakindo (TMT), debitur alat berat dan truk yang bermain di komoditas unggulan Tanah Air, bahkan sedang membidik target produksinya meningkat di tahun ini.
Namun, Suwandi mengakui tantangan buat industri leasing masih ada di penundaan transaksi, akibat fenomena keterbatasan unit. Oleh sebab itu, dukungan leasing menjembatani kebutuhan para debitur akan banyak tertolong oleh peran dan transaksi dari perusahaan afiliasi.
"Walaupun permintaan banyak, tapi unit alat berat sekarang rebutan, truk besar baru pun baru banyak datang di 2023. Jadi transaksi [outstanding] akan terlihat hanya naik sedikit-sedikit karena tertunda. Tapi kami yakin, tahun ini trennya masih positif," tambahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel