Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) membukukan laba bersih sebesar Rp2,37 triliun sepanjang 2021, naik 48,3 persen secara tahunan. Capaian ini ditopang oleh pertumbuhan kredit beserta turunnya rasio kredit bermasalah.
Direktur Utama Bank BTN Haru Koesmahargyo mengatakan penyaluran kredit dari emiten bersandi BBTN ini tumbuh 5,66 persen menjadi Rp274,83 triliun. Rasio kredit bermasalah (NPL) Gross turun ke level 3,70 persen dan Net turun dari 2,06 persen ke 1,20 persen.
Haru menambahkan pertumbuhan kredit perseroan mengonfirmasi bahwa sektor perumahaan cukup tangguh dalam melewati masa-masa krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19.
Pembiayaan pemilikan rumah tetap mengalir sekalipun daya beli konsumen relatif turun. Ini terbukti dari penyaluran kredit perseroan tahun 2021 yang tumbuh lebih tinggi dibandingkan tahun 2020 dan berada di atas rata-rata kredit industri perbankan, yakni 5,24 persen.
“Berbagai insentif yang diberikan pemerintah berhasil menjaga daya beli konsumen sehingga permintaan kredit rumah tetap meningkat. Kami optimistis, pada saat ekonomi semakin pulih, dan pandemi berlalu sepenuhnya, permintaan KPR dapat meningkat lebih tinggi lagi,” ujarnya dalam Paparan Kinerja Keuangan Bank BTN Tahun 2021 secara virtual, Rabu (8/2/2022).
Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Subsidi masih menjadi penopang utama pertumbuhan kredit Bank BTN dengan kenaikan sebesar 8,25 persen secara tahunan (yoy) menjadi Rp130,68 triliun pada 2021. Adapun realisasi di tahun 2020 sebesar Rp120,72 triliun.
KPR Non-Subsidi juga meningkat 4,14 persen yoy menjadi Rp83,25 triliun. Kenaikan penyaluran KPR Subsidi tersebut membuat BBTN masih mendominasi pangsa KPR Subsidi sekitar 90 persen, sementara KPR secara nasional dikuasai sekitar 40 persen.
Pertumbuhan penyaluran kredit ikut berdampak pada pendapatan bunga atau net interest income (NII) BTN yang naik 44,7 persen menjadi Rp13,20 triliun pada 2021. Kenaikan NII turut berdampak pada margin bunga bersih (NIM) yang melaju dari 3,06 persen ke level 3,99 persen.
“NIM kami terus membaik dari waktu ke waktu. Hal ini menunjukkan biaya dana atau cost of fund semakin baik, sejalan dengan meningkatnya porsi dana murah (CASA),” kata Haru.
Sementara itu, total dana pihak ketiga (DPK) Bank BTN sepanjang tahun lalu mencapai Rp295,98 triliun. Capaian tersebut naik 6,03 persen dibandingkan perolehan tahun 2020 sebesar Rp279,14 triliun.
Dari jumlah DPK, komposisi dana murah naik 319 basis poin dari 41,11 persen menjadi 44,3 persen. Peningkatan dana murah membuat cost of fund BBTN hingga 2021 turun signifikan sebanyak 166 bps menjadi 3,13 persen dibandingkan 2020 yang masih 4,79 persen.
Dengan kenaikan kredit dan DPK yang cukup signifikan tersebut mendongkrak aset Bank BTN tumbuh sebesar 2,95 persen dari Rp361,20 triliun pada 2020 menjadi Rp371,86 triliun di 2021.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel