Bisnis.com, JAKARTA - Platform teknologi finansial pendanaan bersama (P2P lending) klaster produktif PT Amartha Mikro Fintek atau Amartha mencatatkan pertumbuhan penyaluran pinjaman dua kali lipat pada kinerja sepanjang periode 2021.
Tekfin yang identik dengan warna ungu ini tepatnya menyalurkan Rp2,5 triliun sepanjang tahun lalu, tercatat tumbuh 108 persen (year-on-year/yoy) dari capaian periode sebelumnya, ketika itu senilai Rp1,2 triliun.
Andi Taufan Garuda Putra, CEO & Founder Amartha menjelaskan bahwa fokus bisnis dalam melayani pinjaman emak-emak pelaku usaha mikro di pedesaan masih berjalan lancar, karena tingkat non performing loan (NPL) stabil di kisaran 0,30 persen.
"Penerapan kebijakan credit scoring berbasis machine learning turut berkontribusi untuk menjaga kualitas pinjaman sehingga menekan risiko gagal bayar," ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (9/2/2022).
Amartha pun masih fokus memberikan pelayanan keuangan berbasis digital bagi para pengusaha UMKM di berbagai daerah. Selain akses permodalan, pihaknya pun mengembangkan layanan Amartha+ untuk menunjang produktivitas para mitra.
Dari sisi peminjam (borrower), jangkauan penyaluran pendanaan Amartha telah mencapai 20.000 desa di Jawa, Sumatra, dan Sulawesi. Namun, penyaluran di luar Jawa lebih dominan dengan porsi sebesar lebih dari 60 persen dari total penyaluran.
"Ini sejalan dengan imbauan dari OJK untuk memperluas penyaluran modal ke luar pulau Jawa agar dapat tercapai kesejahteraan yang merata. Penyaluran di luar pulau Jawa juga terbukti lebih stabil dan berhasil menekan risiko gagal bayar, karena kondisi pandemi di luar pulau Jawa tidak separah di pulau Jawa, sehingga performa UMKM lebih baik," tambahnya.
Adapun, dari sisi pemberi pinjaman alias pendana (lender), kontribusinya berasal dari beragam stakeholder dan terdiversifikasi, baik pendana institusi seperti perbankan maupun pendana ritel individu.
Terkhusus pendana institusi, Amartha merealisasikan kolaborasi strategis dengan sektor perbankan seperti BPD, BPR, maupun bank nasional untuk mengakselerasi penyaluran pendanaan bagi UMKM di pedesaan, dengan porsi di atas 60 persen dari total pendanaan.
Alhasil, secara kumulatif sampai awal 2022 ini, Amartha telah menyalurkan pendanaan mencapai Rp5,6 triliun. Jika dilihat berdasarkan historikal, dalam waktu dua tahun masa pandemi, jumlah kumulatif tersebut tumbuh tiga kali lipat jika dibandingkan jumlah kumulatif sebelum masa pandemi sebesar Rp1,8 triliun.
Selain kinerja yang bertumbuh signifikan, di tahun 2021 Amartha juga berhasil menyabet dua penghargaan WEP (Women’s Empowerment Principles) dari UN Women, atas kontribusinya dalam melakukan transformasi digital yang berkelanjutan bagi pelaku UMKM perempuan, serta menjadi pelopor perusahaan dengan dampak sosial yang terukur.
Taufan menjelaskan bahwa tahun ini fokus Amartha utamanya menjangkau lebih banyak lagi pelaku usaha UMKM. Amartha akan semakin gencar dalam melakukan inovasi digital seperti penerapan pembayaran cashless, penerapan proses administrasi digital, serta mengoptimalkan layanan berbasis aplikasi seperti Amartha+ untuk para mitra Amartha.
"Digitalisasi desa merupakan salah satu tujuan utama Amartha dalam melayani masyarakat yang belum terlayani. Tantangannya memang cukup besar, karena literasi digital di pedesaan masih tertinggal cukup jauh daripada literasi digital masyarakat perkotaan. Oleh sebab itu, kami sudah mulai aktif memberikan edukasi terkait digital dan finansial," jelasnya.
Amartha berharap upaya ini membuat para mitra masyarakat pedesaan telah siap dengan semua program digitalisasi dan bersaing di era teknologi informasi.
Tahun ini, Amartha pun menargetkan untuk dapat melakukan ekspansi ke wilayah-wilayah yang belum tersentuh. Misalnya untuk wilayah Sumatra, Amartha berencana untuk memperluas jangkauan hingga ke wilayah pulau Bangka Belitung, dan menjangkau wilayah Sulawesi Utara untuk wilayah timur Indonesia.
Sedangkan sektor UMKM yang lebih ditargetkan masih di sektor perdagangan, karena sektor perdagangan terbukti lebih stabil dan tangguh meskipun pandemi Covid-19 belum juga usai.
"Amartha melihat peluang untuk menyalurkan pendanaan ke luar pulau Jawa masih terbuka lebar. Kami pun membuka kesempatan bekerja sama dengan banyak pihak di berbagai daerah, untuk bersama-sama mendorong pertumbuhan ekonomi dari desa, baik pihak institusi maupun para pendana ritel. Amartha optimis selama 2022 ini dapat lebih banyak menjangkau pelaku usaha mikro melalui layanan keuangan digital," tutup Taufan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel