IHSG Ditutup Turun setelah Keputusan BI, Asing Buru Saham TLKM-BBRI

Bisnis.com,10 Feb 2022, 15:24 WIB
Penulis: Annisa Kurniasari Saumi
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (26/1/2022). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup turun di zona merah pada hari ini, Kamis (10/2/2022), seiring dengan penetapan suku bunga acuan Bank Indonesia.

Berdasarkan data Bloomberg pada pukul 15.00 WIB, IHSG parkir di posisi 6.823,64, melemah 0,16 persen atau 10,9 poin. IHSG sempat mencatatkan posisi tertinggi pada level 6.874,35.

Tercatat, sebanyak 234 saham berada di zona hijau, 294 saham melemah dan 153 saham stagnan. Total transaksi jelang penutupan mencapai Rp15,2 triliun dengan investor asing mencatatkan net foreign buy sejumlah Rp1,64 triliun di seluruh pasar.

Investor asing tercatat membeli saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) dengan net buy senilai Rp560,3 miliar, atau terbanyak hari ini. Menyusul di belakangnya adalah saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) senilai Rp364,4 miliar dan saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) senilai Rp209 miliar.

Sementara itu, saham-saham yang menjadi top losers hari ini adalah PT Adaro Minerals Indonesia Tbk. (ADMR) dengan penurunan 6,87 persen ke level Rp1.085 per saham. Lalu PT Central Proteina Prima Tbk. (CPRO) turun 6,73 persen ke level Rp97 dan PT Matahari Putra Prima Tbk. (MPPA) turun 6,71 persen ke level Rp306 per saham.

Adapun hari ini, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) pada Rapat Dewan Gubernur 9 dan 10 Februari 2022. Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 9 dan 10 Februari 2022 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 3,5 persen.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta mengatakan, BI tidak akan terlalu agresif melakukan peningkatan suku bunga acuan.

"Karena kalau misalnya BI mengikuti agresivitas The Fed, maka hal tersebut akan berimbas pada kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia 2022 yang kurang begitu optimal," tutur dia, Kamis (10/2/2022).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hafiyyan
Terkini