Bisnis.com, JAKARTA – Nilai terbesar kredit konsumtif melalui industri multifinance alias leasing pada tahun lalu, terdapat pada sektor gadget dan barang elektronik.
Sekadar catatan, menurut data Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) kredit konsumtif di industri multifinance pada tahun lalu terkontraksi tipis, yaitu 0,12 persen secara year-on-year (yoy)
Ketua APPI Suwandi Wiratno pun memproyeksi kredit barang konsumtif akan membaik di tahun ini, dan berkontribusi besar untuk ikut membawa pertumbuhan total outstanding kredit industri mencapai 6-12 persen pada akhir 2022.
"Kondisi sudah berbeda, konsumen bukan lagi mengakses pinjaman untuk bertahan hidup seperti era pandemi lalu. Sekarang ini tujuannya untuk lebih produktif, karena pekerjaan atau usahanya sudah kembali. Misalnya, walaupun motor dan ponsel termasuk barang konsumtif, tapi sudah jadi kebutuhan demi meningkatkan produktivitas," jelasnya kepada Bisnis belum lama ini.
Sebagai gambaran, total outstanding bruto seluruh barang konsumtif pada akhir 2021 tercatat menyentuh Rp262,5 triliun. Nilai ini mengambil porsi lebih dari 67 persen total outstanding bruto industri multifinance senilai Rp388,64 triliun.
Beberapa faktor yang dipercaya menahan kontraksi piutang di segmen ini sehingga hanya 0,12 persen (yoy), yaitu pulihnya penjualan kendaraan, insentif pajak barang mewah (PPnBM) buat beberapa jenis mobil baru, dan munculnya para pemain yang melakoni tren pembiayaan berskema bayar tunda alias paylater.
Secara terperinci, sepeda motor baru senilai Rp64,89 triliun, naik tipis 0,3 persen (yoy). Sepanjang 2021, sepeda motor terbilang hanya bisa melejit di momen tertentu, seperti tahun baru, masa lebaran, dan mencapai puncaknya tepat di Desember 2021.
Sepeda motor bekas senilai Rp17,74 triliun yang naik 6,9 persen (yoy) mengalami tren serupa, namun tercatat lebih stabil ketimbang motor baru. Mengindikasikan pasar motor bekas lebih resilience.
Mobil baru selaku penyumbang piutang terbesar buat industri, yaitu Rp112,05 triliun masih terkoreksi 0,15 persen (yoy), tentu karena dorongan insentif PPnBM. Berbanding terbalik dengan piutang mobil bekas di Rp54,32 triliun yang turun sampai 5,34 persen (yoy).
Kredit barang-barang elektronik dan gadget menjadi yang paling moncer, mencapai Rp3,9 triliun, tumbuh 30,9 persen (yoy), dan trennya terus naik. Pendorongnya, antara lain karena penetrasi platform e-commerce dan upaya digitalisasi para pemain leasing mengakomodasi cicilan secara online.
Terakhir, barang konsumsi lain-lain senilai Rp6,56 triliun masih naik 50,6 persen (yoy), walaupun sedang dalam tren penurunan dari puncaknya di lebaran 2021 lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel