Bisnis.com, JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan bahwa digitalisasi sistem pembayaran menjadi salah satu isu utama dalam finance track Presidensi G20.
Perry mengatakan, dalam agenda tersebut, akan dibahas mengenai bagaimana kerja sama sistem pembayaran secara crossborder, termasuk juga pembahasan mengenai mata uang digital bank sentral atau Central Bank Digital Currency (CBDC).
“Itu agenda utama terkait tema digitalisasi sistem pembayaran di finance track, termasuk persiapan CBDC,” katanya dalam pembukaan acara Casual Talks On Digital Payment Innovation Of Banking, Senn (14/2/2022).
Perry menyampaikan, hal ini sejalan dengan Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2025, di antaranya mendorong integrasi ekonomi dan keuangan digital, mendukung digitalisasi perbankan, mengintegrasikan antara bank dan teknologi finansial (tekfin), menyeimbangkan inovas dan mitigas risiko.
“Di satu sisi inovasi harus didorong cepat, tapi di sisi lain mitigasi risiko perlu dilakukan,” ujarnya.
BI mencatat, transaksi ekonomi dan keuangan digital meningkat pesat seiring dengan meningkatnya akseptasi dan preferensi masyarakat dalam berbelanja daring, perluasan, dan kemudahan sistem pembayaran digital.
Pada Januari 2022, nilai transaksi uang elektronik meningkat sebesar 66,65 persen secara tahunan mencapai Rp34,6 triliun dan nilai transaksi digital banking meningkat 62,82 persen secara tahunan menjadi Rp4.314,3 triliun.
Di samping itu, nilai transaksi pembayaran menggunakan kartu ATM, kartu debet, dan kartu kredit juga mengalami pertumbuhan sebesar 14,39 persen secara tahunan menjadi Rp711,2 triliun.
Lebih lanjut, transaksi QRIS terus meningkat sejalan dengan akseptasi masyarakat, baik nominal maupun volume, masing-masing sebesar 290 persen dan 326 persen secara tahunan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel