Segudang Tantangan Penghiliran Batu Bara dan Nikel ke Industri EV

Bisnis.com,14 Feb 2022, 20:37 WIB
Penulis: Reni Lestari
Perakitan baterai untuk mobil listrik/ Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Penghiliran batu bara menjadi energi bersih dan nikel menjadi baterai kendaraan listrik tak lepas dari segudang tantangan meski potensi dampak bergandanya dinilai besar.

Staf Ahli Menperin Bidang Penguatan Kemampuan Industri Dalam Negeri Ignatius Warsito mengatakan penghiliran batu bara menjadi dimethyl ether (DME) sebagai pengganti liquefied petroleum gas (LPG), telah diinsiasi melalui proyek gasifikasi di Kawasan Industri Tanjung Enim, Sumatera Selatan.

Adapun, penghiliran nikel menjadi baterai kendaraan listrik juga telah dimulai dengan pembangunan pabrik di Karawang, Jawa Barat. Kedua proyek tersebut telah diresmikan pembangunannya oleh Presiden Joko Widodo pada tahun lalu.

Ignatius mengatakan meski diperkaya dengan sumber daya yang melimpah, teknologi yang diperlukan untuk memproduksi baterai saat ini belum tersedia sehingga harus dikerjasamakan dengan produsen global.

"Ada beberapa ancaman yang dapat menjadi penghalang, seperti teknologi pesaing seperti kendaraan berbasis cell bahan bakar hidrogen, baterai non nikel yang lebih terjangkau. Berfokus hanya pada nikel akan menimbulkan ancaman karena nikel sangat mahal," kata Warsito dalam webinar side event G20 secara virtual, Senin (14/2/2022).

Selain penguasaan teknologi produksi baterai yang belum tersedia di dalam negeri, Indonesia juga masih memiliki kendala daya beli yang rendah. Bukan itu saja, kesadaran masyarakat akan gaya hidup rendah karbon juga masih rendah.

Di sisi lain, penggunaan energi terbarukan dalam bauran energi nasional juga belum terlalu tinggi. Adapun, kekuatan pengembangan industri kendaraan listrik di Indonesia masih bertumpu pada melimpahnya sumber daya pertambangan.

Pada komoditas batu bara, misalnya, Indonesia memiliki sumber sebanyak 143.730 juta ton dengan cadangan 38.805 juta ton. Sebaliknya, permintaan domestik pada 2020 hanya sekitar 132 juta ton. Cadangan batu bara tersebut diperkirakan dapat bertahan sampai 2091 dengan produksi tahunan 600 juta ton, dengan asumsi tidak ada cadangan baru.

Selain itu, populasi usia produktif yang tinggi juga dinilai sebagai keunggulan, baik berfungsi sebagai pasar maupun sumber daya manusia. Sebelumnya, dalam roadmap pengembangan kendaraan listrik berbasis baterai, pada 2030 pemerintah menargetkan penjualan tahunan sebesar 1,2 juta kendaraan listrik roda dua dan 1,5 juta unit roda empat.

Dengan demikian, ketergantungan impor minyak Indonesia dapat dipotong sebesar US$100 juta per tahun untuk setiap satu juta mobil listrik di jalan-jalan di Indonesia. Sementara itu, gasifikasi batu bara menjadi DME berpotensi menimbulkan nilai tambah 5,7 kali dan menurunkan impor LPG Indonesia yang senilai US$2,5 miliar pada 2020.

"Produk hilir batu bara berupa DME dapat menggantikan LPG. DME merupakan senyawa bening, tidak berwarna, ramah lingkungan, dan tidak beracun, memiliki komponen yang mirip LPG," jelasnya.

Dorongan pemerintah untuk transisi ke energi hijau juga dilakukan dengan pemangkasan gas rumah kaca industri dan pemberian insentif bagi pelaku usaha yang menerapkan standar industri hijau. Seperti diketahui, Kementerian Perindustrian memiliki 28 standar industri hijau dan 44 perusahaan industri yang telah mendapatkan sertifikasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Amanda Kusumawardhani
Terkini