Diadang Musim Hujan, Ini Langkah Bumi Resources (BUMI) Genjot Produksi

Bisnis.com,15 Feb 2022, 13:23 WIB
Penulis: Mutiara Nabila
Operasional tambang batu bara kelompok usaha Bumi Resources./bumiresources.com

Bisnis.com, JAKARTA – PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) menyiapkan sejumlah upaya untuk menggenjot produksi guna menghadapi potensi hambatan di tengah musim hujan. Langkah ini dilakukan agar momentum lonjakan harga batu bara dapat diserap maksimal oleh perseroan.

Corporate Secretary Bumi Resources Dileep Srivastava mengatakan salah satu yang menjadi penghambat besar produksi BUMI adalah hujan lebat dan La Nina.

“Fenomena ini sudah memberikan dampak pada produksi kami sepanjang tahun ini, dan sepertinya masih akan berlanjut hingga bulan depan,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (15/2/2022).

Namun, Dileep menegaskan BUMI terus berupaya menggenjot produksi sebisa mungkin. Hal ini melihat secara keseluruhan hingga saat ini tingkat stripping ratio masih besar dan sesuai rencana.

“Prioritas kami saat ini adalah memenuhi kebutuhan domestik dibandingkan untuk ekspor, dan memenuhi atau bahkan melampaui kebutuhan DMO [kebijakan pasar domestik] tahunan sejalan dengan kebijakan dalam negeri,” jelasnya.

Setelah situasi membaik, BUMI berharap produksi dan penjualan bisa berjalan normal kembali dan menutup kekurangan dari produksi yang sebelumnya terganggu.

“Kami berusaha untuk memperkaya kualitas kami dan untuk mengontrol stripping ratio sebanyak yang kami bisa dan memantau perkembangan harga minyak dengan cermat. Semoga masalah geopolitik dapat segera diselesaikan,” imbuhnya.

Terkait harga, BUMI optimistis harga batu bara tetap tinggi melihat permintaan akan komoditas ini akan lebih tinggi dari pasokan yang tersedia tahun ini. Terlebih karena penggunaan energi terbarukan belum bisa mengisi kesenjangan kebutuhan energi.

“Harga batu bara kemungkinan bisa terus tinggi sepanjang tahun ini,” ungkapnya.

Tahun ini, BUMI optimistis bisa mencapai target produksi sekitar 85 – 90 juta ton. Jumlah ini lebih tinggi dari pada tahun sebelumnya sekitar 78 – 80 juta ton.

Adapun, belanja modal yang disiapkan perusahaan tahun ini menyesuaikan produksi, sekitar US$1 per ton, atau US$85 juta – US$90 juta. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini