Rusia Tambah 7.000 Tentara di Perbatasan Ukraina, Jadi Perang Nih?

Bisnis.com,17 Feb 2022, 07:21 WIB
Penulis: Nindya Aldila
Presiden AS Joe Biden dalam pengumuman resmi Dewan Gubernur The Fed di Eisenhower Executive Office Building, Washington, Selasa (22/11/2021)/ Bloomberg - Samuel Corum

Bisnis.com, JAKARTA - Amerika Serikat mengatakan Rusia telah mengirimkan tambahan 7.000 tentara di dekat perbatasan Ukraina. Dengan demikian, Rusia telah menambahkan 150.000 tentara hingga saat ini.

Dengan demikian, AS pun menolak pernyataan Rusia bahwa mereka telah mulai menarik beberapa pasukan. Pernyataan pemerintah AS itu mengikuti komentar sebelumnya oleh Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg bahwa tidak ada bukti deeskalasi dan bahwa Rusia tampaknya melanjutkan pembangunan militernya. Adapun, dikutip dari Bloomberg, pernyataan ini dibagikan kepada media secara anonim.

Penambahan tentara ini menjadi indikasi AS adalah bahwa Rusia terus mencari dalih palsu untuk menyerang Ukraina, seperti provokasi di wilayah Donbas timur atau aktivitas militer lainnya di pihak Ukraina atau NATO.

Kremlin sendiri membantah klaim tersebut dan Rabu sebelumnya mengatakan bahwa lebih banyak pasukan kembali ke pangkalan mereka setelah manuver berakhir di Krimea, yang dianeksasi Rusia pada 2014.

Secara terpisah, Presiden AS Joe Biden berbicara dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz menjelang pertemuan puncak darurat para pemimpin Eropa di Ukraina yang dijadwalkan Kamis. Pertemuan menteri luar negeri G70 kemudian akan bertemu langsung di Munich pada hari Sabtu minggu ini (19/2/2022).

Para pejabat di Moskow sendiri telah menolak peringatan AS tentang kemungkinan invasi ke Ukraina sebagai 'histeria' dan propaganda.

Menurut perkiraan administrasi Biden, Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengumpulkan sekitar 150.000 tentara serta tank, artileri dan peralatan lainnya di perbatasan Ukraina sambil menuntut jaminan keamanan dari NATO.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hadijah Alaydrus
Terkini