Industri Kopi Bakal Bergeliat Lagi, Ini Alasan Kemenperin

Bisnis.com,17 Feb 2022, 18:02 WIB
Penulis: Reni Lestari
Berbicara tentang kopi di Kosta Rika berarti tertuju pada teknik chorreador. /roastycoffee.com

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian mencatat estimasi volume produksi biji kopi sepanjang tahun lalu sebesar 765.415 ton, dengan volume ekspor green bean meningkat 1,2 persen dan 4,2 persen secara nilai.

Industri pengolahan kopi yang sebagian dijalankan oleh industri kecil menengah (IKM) diprediksi akan lebih bergairah pada tahun ini, seiring adaptasi kebiasaan baru dan pergeseran pola konsumsi dan belanja masyarakat.

Dirjen Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian Reni Yanita mengatakan pertumbuhan IKM pengolahan kopi tahun ini akan banyak ditopang penjualan di kedai kopi dan belanja daring.

"Kedai kopi dan masyarakat sudah mulai terbiasa dengan adaptasi kebiasaan baru, penjualan secara digital, serta adanya pelonggaran aktivitas ekonomi, kami yakin penjualan produk-produk kopi akan pulih dan semakin meningkat," jelas Reni, Kamis (17/2/2022).

Menurut catatannya, volume ekspor green bean sepanjang tahun lalu tercatat 380.352 ton meningkat sekitar 1,2 persen. Adapun, secara nilai ekspor green bean tercatat sebesar US$843,30 juta, atau meningkat 4,2 persen.

Sementara itu, untuk produk olahan kopi, volume ekspornya mengalami penurunan sebesar 11,9 persen menjadi 197.922 ton pada tahun lalu. Akan tetapi, secara nilai masih mengalami peningkatan sebesar 12,7 persen menjadi US$604,49 juta.

Reni mencatat ada 32 daerah penghasil kopi yang telah memiliki indikasi geografis (IG) dan dikenal memiliki kopi berkualitas specialty.

"Sentra-sentra tersebut menjadi fokus pembianaan kami, karena bagi IKM yang jumlah produksinya relatif terbatas, kualitas kopi specialty akan memberikan peningkatan nilai tambah yang optimal," ujarnya.

Bagi IKM, Kemenperin memiliki prgram restrukturisasi mesin baru dengan memberikan cashback harga pembelian sebesar 40 persen untuk mesin buatan dalam negeri dan 25 persen bagi mesin impor.

Sedangkan bagi industri menengah dan besar yang telah mapan, yang didorong adalah penerapan industri 4.0 untuk meningkatkan produktivitas usaha.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rio Sandy Pradana
Terkini