Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Maybank Indonesia Tbk. (BNII) membukukan pertumbuhan laba bersih secara konsolidasian sebesar 29,9 persen pada 2021. Laba bersih naik dari Rp1,27 triliun pada Desember 2020 menjadi Rp1,64 triliun pada akhir Desember 2021.
Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria mengatakan kinerja tersebut didukung oleh biaya provisi yang rendah, efisiensi biaya bunga dan biaya overhead, serta kinerja positif Unit Usaha Syariah (UUS), bertepatan dengan momentum perekonomian yang mulai berangsur pulih di tengah masih terjadinya pandemi Covid-19.
Emiten bank bersandi BNII ini mencatat net interest income (NII) atau pendapatan bunga bersih turun 2,0 persen menjadi Rp7,12 triliun per Desember 2021, dari Rp7,26 triliun pada 2020.
Hal ini disebabkan karena pertumbuhan kredit yang lebih rendah dan tren yield kredit (loan yield) yang menurun, sejalan dengan penurunan tingkat suku bunga Bank Indonesia serta restrukturisasi kredit nasabah yang sedang berlangsung akibat pandemi.
Namun demikian, net interest margin (NIM) perseroan naik sebesar 14 basis poin menjadi 4,7 persen di Desember 2021, sehubungan dengan perbaikan biaya dana (cost of funds) dan pertumbuhan dana murah atau current account saving account (CASA) yang kuat.
Di mana, Maybank Indonesia mampu meningkatkan CASA sebesar 18,5 persen menjadi Rp54,26 triliun pada Desember 2021 dari Rp45,79 triliun pada tahun sebelumnya.
Perseroan juga berhasil menurunkan simpanan berjangka (time deposits) sebesar 12,4 persen dari Rp69,22 triliun menjadi Rp60,63 triliun pada Desember 2021. Sementara itu, rasio CASA bank meningkat menjadi 47,2 persen dari total simpanan nasabah pada Desember 2021, dibandingkan 39,8 persen pada tahun sebelumnya.
Taswin menerangkan fee-based income Maybank Indonesia turun 12,1 persen menjadi Rp2,09 triliun pada Desember 2021 dari Rp2,38 triliun pada 2020. Penurunan ini terutama disebabkan oleh menurunnya pendapatan fee transaksi Global Market.
Namun, Maybank Indonesia mampu untuk mempertahankan momentum pertumbuhan dengan memperkuat basis pendapatan ritel, seperti bancassurance yang tumbuh 26,9 persen menjadi Rp201 miliar pada Desember 2021 dari Rp158 miliar pada periode Desember 2020.
Adapun, sejak 2020, Maybank Indonesia mengambil langkah konservatif, dan secara proaktif mencadangkan provisi pada portofolio di seluruh segmen bisnis, di tengah kondisi ekonomi yang menantang.
Perseroan terus mendampingi debitur yang masih menghadapi tantangan dengan menerapkan program restrukturisasi kredit untuk tetap menjaga kualitas aset bank.
Taswin menjelaskan upaya proaktif bank dengan mencadangkan provisi dan dampak positif dari penerapan program restrukturisasi tersebut, telah berkontribusi kepada penurunan biaya provisi sebesar 25,8 persen menjadi Rp1,54 triliun. Di mana, Maybank Indonesia mencatat rasio non-performing loan (NPL) secara konsolidasian menjadi 3,7 persen (gross) dan 2,6 persen (net) pada Desember 2021, dari 4,0 persen (gross) dan 2,5 persen (net) pada Desember 2020, didukung penurunan saldo NPL sebesar 10,8 persen.
Sementara itu, rasio loan at risk (LAR) secara bank only membaik ke level 18,0 persen pada Desember 2021 dari 21,5 persen di tahun sebelumnya. Perbaikan tersebut didukung oleh kualitas kredit yang kembali menjadi lancar atas peran aktif Bank dalam proses pemantauan dan restrukturisasi kredit nasabah.
"Maybank Indonesia terus menerapkan prinsip kehati-hatian [prudent banking] dan mempertahankan risk posture pada tingkat yang sehat untuk memastikan kualitas aset tetap terjaga," ujar Taswin dalam keterangan tertulis, dikutip Minggu (20/2/2022).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel