Hari Bahasa Ibu Internasional, Sejarah dan Pentingnya Upaya Pelestarian

Bisnis.com,21 Feb 2022, 17:18 WIB
Penulis: Setyo Puji Santoso
Sejumlah murid mengikuti Pembelajaran Tatap Muka di SDN 01 Pondok Labu, Jakarta, Senin (3/1/2021). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, SOLO - Organisasi internasional yaitu United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (Unesco) menetapkan tanggal 21 Februari sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional.

Peringatakan tersebut penting dilakukan untuk meningkatkan kesadaran akan keanekaragaman bahasa dan budaya serta untuk mempromosikan multibahasa.

Sebab, jumlah bahasa di dunia diperkirakan mencapai 6.000-7.000 bahasa.

Sejarah

Dikutip dari laman bpkpenabur.or.id, peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional pertama kali diusulkan oleh Unesco pada 17 November 1999 setelah diakui secara resmi oleh PBB.

Gagasan awal peringatan hari tersebut pertama kali diinisiasi oleh Bangladesh.

Hal itu karena adanya peristiwa berdarah pada tahun 1948.

Saat itu, Bangladesh atau yang dikenal Pakistan Timur berselisih dengan Pakistan Barat soal penggunaan bahasa nasional.

Bangladesh tidak terima dengan penyeragaman bahasa yang dilakukan Pakistan Barat saat mendeklarasikan bahasa Urdu. Pasalnya, Bangladesh memiliki perbedaan budaya, bahasa, dan sebagainya.

Karena adanya perselisihan itu, warga Banglades melakukan protes demi berusaha mempertahankan bahasa ibu mereka yang dikenal sebagai bahasa Bangla.

Namun, protes itu tanggapi secara represif oleh Pakistan Barat. Akibatnya, beberapa mahasiswa tewas dan ratusan lainnya luka-luka.

Sejak saat itu masyarakat Banglades merayakan Hari bahasa Ibu Internasional sebagai salah satu hari tragis mereka.

Peristiwa kelam tersebut merupakan kejadian langka sepanjang peradaban umat manusia. Sebab, mereka rela berkorban nyawa demi menyelamatkan bahasanya.

Upaya pelestarian Bahasa Ibu

Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan & Kebudayaan Kota Sukabumi, Rita Handayani mengatakan, peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional sejalan dengan Undang – undang nomor 5 tahun 2017 tentang pemajuan kebudayaan.

Momen ini, dimanfaatkan untuk kembali mempromosikan penggunaan Bahasa Ibu, salah satunya Bahasa Sunda, karena saat ini seperti pada kaum milenial, penggunaan Bahasa Ibu cukup menurun.

Adapun langkah yang dilakukan dalam pelestarian Bahasa ibu, selain melalui pengajaran disekolah adalah melalui kerja sama dengan berbagai komunitas dan organisasi yang memiliki kepedulian dalam pelestarian budaya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Setyo Puji Santoso
Terkini