Persaingan Makin Sengit, Membedah Strategi Bisnis Logistik di Indonesia

Bisnis.com,21 Feb 2022, 20:53 WIB
Penulis: Anitana Widya Puspa
Ilustrasi jasa kurir

Bisnis.com, JAKARTA – Perkembangan pesat ekosistem e-commerce saat ini disebut oleh mayoritas pemain logistik sebagai iklim yang subur bagi pertumbuhan industri logistik, terutama pelaku jasa kurir dan layanan ekspedisi.

Belum lagi situasi pandemi Covid-19 yang mengubah dan meningkatkan pola berbelanja daring memberikan berkah tersendiri bagi sektor ini. Secara kontras, saat industri transportasi goyah, industri logistik memanen buah manis.

Berdasarkan perkiraan Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA), pertumbuhan e-commerce di Indonesia meningkat lebih dari 40 persen pada 2021. Peningkatan ini sejalan dengan pergeseran gaya hidup masyarakat ke arah digital dan semakin berkembangnya digitalisasi sistem pembayaran.

"Pertumbuhan e-commerce dari 2020 ke 2021 bertumbuh cukup signifikan, dua digit. Estimasi lebih dari 40 persen. Kita masih menunggu data finalnya tetapi kami yakin pertumbuhannya di atas 40 persen year-on-year," ujar Ketua Umum idea Bima Laga ketika dihubungi Bisnis beberapa waktu lalu.

Senada, Senior Consultant SCI Zaroni menjelaskan dari sisi ukuran dan pertumbuhan pasar, usaha pengiriman jasa kurir mengalami peningkatan. Pendorong utamanya tak terlepas dari lonjakan transaksi e-commerce dalam 3 tahun terakhir ini. Volume transaksi dan perdagangan lewat e-commerce jelas memerlukan jasa logistik, terutama jasa kurir.

Bahkan transaksi e-commerce ini telah mencakup hampir semua perdagangan barang konsumen (consumer goods), seperti pakaian, peralatan rumah tangga, buku, aksesori, boneka dan mainan, kosmetik dan produk-produk kesehatan, dan lain-lain. Selama masa pandemi Covid-19, yang diikuti kebijakan pembatasan mobilitas orang, mendorong kebutuhan layanan pesan-antar untuk berbagai barang-barang konsumen sehari-hari.

Adanya peningkatan ukuran dan pertumbuhan pasar jasa kurir ini mendorong pemain usaha jasa kurir baru untuk memasuki bisnis ini. Baik perusahaan jasa kurir domestik maupun regional atau internasional. Di sisi lain, dia juga menjelaskan dalam mendirikan dan menyelenggarakan usaha jasa kurir, baik dari sisi perizinan, permodalan, dan persyaratan kompetensi usaha, sangatlah mudah. Hal inilah yang menyebabkan tingkat persaingan usaha di sektor jasa kurir semakin tinggi. 

Zaroni menilai kue bisnis kurir masih besar dan menarik. Bahkan ukuran pasar bisnis ini tidak kurang dari Rp320 triliun, baik untuk pengiriman kurir domestik maupun internasional. Pertumbuhan bisnis ini untuk tiga sampai lima tahun mendatang masih bisa rata-rata 30 persen per tahunnya.

Meski demikian, SCI mencatat persaingan di bisnis logistik mengarah kepada pasar oligopoli dengan sebanyak tujuh perusahaan menguasai sebesar 80 persen pasar. Kondisi tersebut yang menyebabkan beberapa perusahaan jasa kurir mengalami kesulitan berkembang, terutama bagi pemain baru.

Apalagi, tekanan tersebut akan dirasakan oleh pemain baru yang tidak memiliki kompetensi bisnis jasa kurir yang memadai, jaringan operasi dan layanan yang kurang mendukung kebutuhan pasar, dan beberapa menghadapi keterbatasan permodalan untuk investasi pengembangan infrastruktur, teknologi, dan inovasi bisnis.

Zaroni menyebut pemain jasa kurir yang menguasai pasar 80 persen, tidak lebih dari tujuh perusahaan. Mereka antara lain, Pos Indonesia, JNE, J&T Express, TIKI, Si Cepat, Anteraja, dan Wahana.

“Menariknya, meskipun banyak pemain baru, secara struktur pasar, sektor usaha jasa kurir didominasi beberapa pemain, sehingga mengarah pada struktur pasar oligopoli. Pemain lain, yang saat ini lebih dari 60 perusahaan, memperebutkan pasar yang 20 persen,” ujarnya, Minggu (20/2/2022).

Pelaku Bisnis Logistik

Lantas bagaimana mayoritas penguasa pasar logistik di Indonesia tersebut dapat mengambil hati dan loyalitas pengguna jasanya?

Chief Marketing & Corporate Communication Officer (CMCCO) SiCepat Ekspres Indonesia Wiwin Dewi Herawati secara optimistis menyatakan bahwa perkembangan situasi pandemi Covid-19 pada tahun ini masih akan mendorong peningkatan tren berbelanja daring.

Secara segmentasi pasar Wiwin menyebut bahwa SiCepat berbeda karena berfokus kepada pelayanan bisnis ritel (e-commerce). Kondisi ini juga terjadi seiring denganberkembangnya ekosistem belanja daring dan bertumbuhnya pelaku UMKM yang terdigitalisasi.

“Perusahaan jasa pengiriman barang dapat terus bertumbuh dengan penerapan teknologi serta mengembangkan inovasi layanannya agar dapat bersaing. Hal ini dilakukan SiCepat Ekspres dengan terus memaksimalkan kualitas layanan dan juga memperluas jaringan pengiriman. Selain itu juga kami terus meningkatkan sistem operasional dan memanfaatkan digitalisasi sistem untuk dapat menghadirkan layanan pengiriman dengan kualitas dan kecepatan terbaik secara end-to-end,” terangnya.

Pada 2022 ini, SiCepat Ekspres optimis dapat mencetak peningkatan volume pengiriman dengan target sebesar 32 persen dibandingkan dengan pada tahun lalu. Pada 2021, SiCepat sukses mencatatkan kinerja positif yang tumbuh hingga 93 persen secara year-on-year dengan rata-rata pengiriman 2,8 juta paket per hari.

Perusahaan lainnya, Anteraja tetap menargetkan pertumbuhan volume pengiriman paket pada 2022 mencapai lebih dari 1,5 juta parsel per hari di tengah persaingan bisnis logistik yang makin ketat.

VP Sales & Marketing Anteraja Andri Hidayat mengatakan pada akhir 2021, Anteraja telah mencatatkan pengiriman 1 juta parsel per hari. Berkaca dari realisasi tahun lalu tersebut, dia optimistis volume pengiriman menggunakan Anteraja bisa tumbuh lebih tinggi mencapai lebih dari 1,5 juta paket per hari pada 2022.

Mengawali tahun ini, Andri menyebutkan bahwa tantangan bisnis logistik adalah terkait dengan penyebaran varian baru Covid-19 Omicron yang mulai melebar di Indonesia. Meskipun saat ini dia melihat Anteraja masih belum terdampak akibat virus varian baru tersebut, tetapi perusahaan bersiaga mengantisipasi dampak Omicron.

Pada 2021, terangnya, terhitung volume pengiriman Anteraja mengalami peningkatan lebih dari tiga kali lipat jika dibandingkan dengan volume pengiriman pada 2020. Pada akhir tahun lalu, volume pengiriman Anteraja sudah mencapai 1 juta parsel per hari. Saat ini tercatat Anteraja sudah memiliki lebih dari 700 layanan poin di 34 provinsi di Indonesia.

“Ke depan, kami akan terus fokus kepada pengembangan jaringan dan juga pengembangan kapasitas untuk menangkap peluang pasar dari Social Commerce dan ritel dengan menyiapkan program yang sesuai untuk para pelaku UMKM digital dan juga pengguna aplikasi Anteraja,” imbuhnya.

Sebelumnya, Presiden Direktur JNE M. Feriadi Soeprapto mengatakan persaingan yang kuat pada bisnis logistik mengharuskan setiap perusahaan harus memiliki strategi tersendiri.

"Bagi perusahaan yang memiliki bisnis model yang tepat dan proses bisnis yang efisien tentu akan mempunyai daya saing, dibandingkan mereka yang tidak memiliki bisnis model yang dibutuhkan saat pandemic dan bisnis proses yang kurang efisien," jelasnya.

Feriadi menyebutkan bahwa saat ini yang paling dibutuhkan masyarakat adalah bagaimana perusahaan logistik bisa menawarkan solusi yang tepat dan harga yang bersaing. Bagi Feriadi, strategi yang saat ini difokuskan oleh JNE yakni memperkuat teknologi informasi dan terus melakukan inovasi guna mencari peluang bisnis logistik untuk dikembangkan.

Ninja Xpress juga menyikapi persaingan yang berkembang di antara pelaku bisnis logistik saat ini masih dalam koridor yang positif untuk memacu inovasi dan layanan logistik.

“Ninja Xpress menyadari bahwa persaingan industri logistik di Indonesia saat ini sedang mengalami perkembangan ke arah yang positif. Indonesia dengan bentuk geografis negara kepulauan dan dengan populasi penduduk mencapai 250 juta merupakan salah satu pasar ekonomi yang memiliki intensitas kegiatan ekonomi yang aktif dan terus bertumbuh,” ujarnya.

Strategi yang bakal dilakukan oleh Ninja Xpress adalah terus berfokus untuk meningkatkan layanan pengiriman agar dapat bersaing secara sehat dengan pemain lain, mendukung pertumbuhan ekosistem UKM guna mendorong pergerakan ekonomi nasional ke arah yang lebih baik. 

Secara keseluruhan memang ada sejumlah strategi bisnis yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku usaha untuk mengembangkan kue bisnis kurir yang masih menarik. Zaroni menegaskan kuncinya adalah transformasi digital, inovasi layanan, peningkatan kualitas dan keandalan layanan, dan kolaborasi dengan berbagai pihak dalam ekosistem e-commerce.

Perusahaan kurir perlu melakukan inovasi layanan agar memiliki diferensiasi dan terus melakukan pengembangan dan penetrasi pasar yang benar-benar fokus sesuai segmentasi dan target pasar yang dilayani. Selanjutnya, pelaku juga memerlukan integrasi rantai pasok proses operasi e-commerce, seperti layanan fulfilment, pengelolaan pergudangan produk-produk e-commerce dari penjual daring, menjadi kekuatan perusahaan jasa kurir dalam mempertahankan pasar dan pelanggannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Amanda Kusumawardhani
Terkini