Kisah Sukses Risun Mengadu Nasib di Ibu Kota

Bisnis.com,24 Feb 2022, 18:30 WIB
Penulis: Novita Sari Simamora
Risun memiliki warung sembako dan menjadi agen BriLink. Omzet yang dimiliki senilai Rp50 juta-Rp60 juta per hari./istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Berbekal keberanian dan harapan, Risun dari Purwokerto berangkat merantau ke Jakarta sejak 1997, untuk mengadu nasib di Ibu Kota.

Ada harapan besar Risun saat merantau ke Jakarta, yakni perubahan ekonomi ke arah yang lebih baik. Baginya, di kampung sangat sulit mendapatkan pekerjaan dan bila ada pekerjaan, maka gajinya sangat sedikit sekali.

Sesampai di Jakarta, pekerjaan Risun pertama adalah bekerja di pabrik konveksi. Tanpa pengalaman, tetapi berbekal keinginan dan kemauan untuk terus belajar pada hal-hal baru dia maju menantang Ibu Kota.

"Saya ke Jakarta, nekad. Karena ekonomi kurang mampu, lalu berusaha mandiri dan membantu orang tua. Waktu pertama ke Jakarta, saya ikutan konveksi. Lalu, kerja serabutan apa saja," ungkapnya kepada Bisnis, Selasa (23/2/2022).

Risun pernah menerima upah harian dan mingguan. Rupiah demi rupiah dikumpulkan dan dikelola dengan baik. Sebagian dia di kirim ke kampung dan sebagian digunakan untuk menyambung hidup di Jakarta.

Setelah tiga tahun merantau di Jakarta, dia bertemu dengan perempuan pujaan hatinya dan menikah pada 2000. Risun memiliki tanggung jawab sebagai suami dan kini dia harus bekerja lebih keras lagi.

Dia juga belajar untuk hidup hemat, sebab semua upah yang diperoleh diberikan kepada istri. Kemudian istri Risun juga rajin menabung di bank dan berniat untuk membuka warung bersama suami, agar bisa menjaga warung bersama.

Risun mengatakan menjadi pedagang akan lebih baik, sebab tidak perlu keluar rumah dari pagi dan pulang sore atau malam ke rumah. Baginya, menjadi pedagang menjadi akan lebih memiliki ekonomi yang baik.

Usaha pun tidak mengkhianati hasil. Nasib baik mulai berpihak pada Risun. "Sejak 2007, saya dan istri buka warung kecil-kecilan, mulai dari jualan makanan ringan, beras, minyak, kopi, dan sembako lain," ungkapnya.

Saat menjadi pedagang, Risun melihat begitu banyak peluang terbuka di depan mata. Seperti, banyak pekerja konveksi yang gajian setiap minggu, lalu mengirim uang ke kampung pada akhir pekan. Selain itu mereka juga membutuhkan layanan untuk membayar tagihan listrik dan pulsa. Risun melihat itu sebagai peluang baginya untuk menjadi agen BRILink.

Lalu, pada 2012, Risun mendaftar menjadi agen BRILink. Setiap hari, dia bisa melayani sekitar 40 transaksi, mulai dari pagi hingga malam. Namun, transaksi di akhir pekan biasanya meningkat sekitar 60 transaksi per hari. Fee yang dikenakan kepada setiap konsumen atau nasabah Rp3.000 per transaksi.

Dengan menjadi agn, perputaran uang per hari pun meningkat signifikan, atau bisa mencapai Rp50 juta-Rp60 juta. Sekitar 50 persen omzet toko sembakonya dan 50 persen dari transaksi sebagai agen BRILink.

Lantas, dia harus memiliki uang sedikitnya Rp100 juta di dalam rekeningnya. "Kalau uang di rekening tidak sampai Rp100 juta, maka saya bisa tiap hari ke bank dan itu sangat repot. Kalau ada uang Rp100 juta, maka saya ke bank hanya cukup tiap 2 hari sekali," tuturnya.

Setiap bulan, fee yang diterima oleh Risun sebagai agen BRILink bisa mencapai Rp3 juta-Rp4 juta. Dia juga sangat bersyukur karena mendapatkan pemasukan tambahan sebagai agen BRILink, dari fee cash dan fee secara sistem.

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) mencatat volume transaksi Agen BRILink telah menembus Rp1.143 triliun dengan jumlah transaksi mencapai 929 juta transaksi hingga Desember 2021.

Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto menuturkan bahwa hingga saat ini jumlah Agen BRILink mencapai 503.000 yang tersebar di lebih dari 58.800 desa. Agen tersebut melingkupi 17.109 BUMDes, serta hadir di 7.619 pasar tradisional di Indonesia.

“Ke depan, BRI akan terus memperluas jangkauan Agen BRILink dengan tetap meningkatkan keamanan. Pasalnya, kehadiran Agen BRILink sangat penting untuk melayani kebutuhan masyarakat, terutama yang berada di daerah 3T, yaitu Terdepan, Terluar, dan Tertinggal,” ujar Aestika dalam keterangan tertulis.

Dampak Positif Penyaluran BPUM

Tidak berhenti di situ, pada 2019, Risun mengajukan diri untuk menerima Bantuan Produktif Usaha Mikro (BPUM) dan sempat diundang ke Istana Presiden untuk menerima langsung bantuan dari pemerintah tersebut.

Dia sangat bersyukur karena di masa pandemi mendapatkan bantuan dari pemerintah, karena penjualannya sempat mengalami penurunan saat awal-awal PPKM di Jakarta.

Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan bahwa, Presiden Jokowi telah menyetujui 'front loading' bantuan sosial yaitu perluasan BLT UMKM 2022. 

Adapun target penerima bansos UMKM adalah 1 juta pedagang kaki lima dan 1,76 juta keluarga nelayan dan pedagang. Adapun jadwal pencairan BLT UMKM 2022 direncanakan dalam waktu dekat yakni pada kuartal I/2022. 

Airlangga mengungkapkan bahwa Presiden Jokowi sudah menyetujui penyaluran bansos kepada pelaku usaha mikro. "Pemberian BPUM 2022 akan segera dilaksanakan dan Presiden setuju bahwa untuk perlindungan sosial akan dilakukan 'front loading' di kuartal pertama," ungkap Airlangga.

Mengutip dari siaran resmi, Presiden Jokowi mengungkapkan BPUM bisa membantu kehidupan masyarakat, khususnya pedagang kaki lima dan warung agar bisa bangkit di tengah pandemi.

"Semoga bantuan tunai Rp1,2 juta per orang, bisa meringankan beban para pedagang," ungkap Presiden Jokowi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Muhammad Khadafi
Terkini