Duh! Perang Rusia-Ukraina Berpeluang Memperburuk Krisis Chip

Bisnis.com,27 Feb 2022, 13:11 WIB
Penulis: Newswire
Penutupan pabrik Ford di Brasil adalah upaya membalikkan bisnis merek pabrikan itu di Amerika Selatan yang merugi. /Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Perang Rusia Ukraina diperkirakan membuat runyam krisis cip semikonduktor saat ini. Pasalnya, sejauh ini industri otomotif masih berada dalam fase pemulihan kelangkaan rantai pasokan.

Masalah tersebut pun bisa menjadi lebih buruk setelah invasi Rusia ke Ukraina beberapa hari lalu. Bahkan beberapa laporan menyebutkan bahwa gangguan produksi yang dialami perusahaan teknologi dan industri otomotif ini bakal berjalan lebih dari setahun.

Sementara itu, Rusia dan Ukraina merupakan negara yang penghasil gas neon dan paladium yang digunakan untuk membuat cip semikonduktor. Informasi itu disampaikan langsung oleh perusahaan riset pasar di California, Techcet.

Menurut mereka, dilansir dari tempo.co, Minggu (27/2/2022), produksi neon gas dilakukan di Rusia kemudian dipasok dan dimurnikan oleh perusahaan kimia Ukraina. Kini harga neon pun mengalami peningkatan hingga 600 persen setelah terjadinya perang Rusia Ukraina.

Selain itu, Rusia juga merupakan negara yang memasok paladium utama. Perusahaan riset tersebut menyebutkan Rusia memasok sekitar 33 persen paladium secara global. Bahan ini nyatanya menjadi logam utama yang digunakan untuk catalytic converter di industri otomotif.

Masalah krisis cip semikonduktor ini nyatanya sudah mulai melanda produsen mobil di Indonesia. Hal itu disampaikan langsung oleh pihak PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia (MBDI) beberapa hari lalu.

Dalam acara peluncuran Mercedes-Benz GLC Night Edition, Head of Sales Operations and Product Management PT MBDI Kariyanto Hardjosoemarto menjelaskan bahwa tahun ini dampak krisis cip semikonduktor menjadi lebih buruk. Namun mereka berharap bisa mengatasi masalah itu sehingga pengiriman ke konsumen tidak terhambat.

“Untuk saat ini kami sangat merasakan dampak dari krisis chip semikonduktor. Bahkan saya bisa sampaikan kondisi di awal 2022 ini, jujur saja lebih buruk dampaknya dibandingkan 2020. Itu mengakibatkan keterlambatan supply dari pabrik, dan tentu secara simultan memperlambat supply kami kepada dealer, dan dealer kepada konsumen,” jelas Karyanto.

Lebih lanjut Karyanto juga mengungkapkan bahwa keterlambatan suplai itu terjadi pada mobil yang diproduksi di dalam negeri (CKD/completely knocked down), maupun di luar negeri (CBU/Completely Built Up).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Amanda Kusumawardhani
Terkini