Perang Ukraina vs Rusia Hari Ke-5: Rusia Kesulitan Rebut Ibu Kota Kyiv

Bisnis.com,28 Feb 2022, 16:14 WIB
Penulis: Feni Freycinetia Fitriani
Sebuah pengangkut personel lapis baja Rusia terbakar di tengah kendaraan utilitas ringan yang rusak dan ditinggalkan setelah pertempuran di Kharkiv, Ukraina/Aljazeera-AP

Bisnis.com, JAKARTA - Kota-kota di seluruh Ukraina tetap dalam siaga tinggi saat perang negara itu melawan invasi Rusia memasuki hari ke-5.

Militer Ukraina mengatakan bahwa pasukan Rusia telah melakukan upaya berulang kali untuk menyerbu pinggiran ibu kota, tetapi gagal untuk merebut Kyiv.

Para pejabat Ukraina menggambarkan pertempuran hari Minggu (27/2/2022) sangat sulit karena pasukan Rusia terus menembaki hampir semua arah. RusKota-kota besar Kyiv, Kharkiv dan Chernihiv juga menjadi sasaran pasukan Rusia dalam semalam.

"Ketiganya tetap di bawah kendali pasukan Ukraina. Namun, Rusia membuat beberapa kemajuan di selatan, merebut kota pelabuhan Berdyansk," tulis pejabat Ukraina seperti dilansir dari BBC, Senin (28/2/2022).

Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan intelijen terbarunya menunjukkan bahwa sebagian besar pasukan Rusia tetap berada lebih dari 30 km (19 mil) utara Kyiv. Pergerakan pasukan Rusia telah diperlambat oleh pasukan Ukraina.

"Kegagalan logistik dan perlawanan keras Ukraina terus menggagalkan kemajuan Rusia," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Inggris.

Sebelumnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah memperingatkan 24 jam ke depan akan menjadi saat yang paling krusial bagi Ukraina.

Pernyataan tersebut disampaikan oleh Zelensky saat melakukan sambungan telepon dengan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson tadi malam, Minggu (27/2/2022).

"Saya yakin 24 jam ke depan akan menjadi periode penting bagi Ukraina karena pertempuran berlanjut di seluruh negeri," ujar Presiden Zelensky seperti dikutip dari BBC, Senin (28/2/2022).

Perundingan atau negosiasi akan diadakan di perbatasan antara Ukraina dan Belarusia. Namun, Zelensky mengatakan dia tidak memiliki harapan yang tinggi, tetapi hadir karena kesempatan kecil untuk mengakhiri perang.

Wacana negosiasi mencuat sehari setelah Presiden Rusia Vladimir Putin menempatkan pasukan pencegahannya, yang termasuk senjata nuklir, dalam "siaga khusus".

Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace menilai pengumuman itu tidak berarti Rusia bermaksud menggunakan senjata, tetapi secara luas dianggap sebagai ancaman.

"Kita semua membicarakannya. Dia jelas ingin mengalihkan perhatian orang dari apa yang terjadi di lapangan [Ukraina]," ucap Ben Wallace.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Feni Freycinetia Fitriani
Terkini