Bisnis.com, JAKARTA - Maybank, salah satu bank terbesar di kawasan Asia Tenggara dari segi aset, mencatatkan pendapatan senilai RM10,89 miliar atau Rp37,24 triliun pada 2021, tumbuh 25,8 persen year-on-year/ yoy. Adapun, laba bersih naik 24,9 persen menjadi RM8,10 miliar dari RM6,48 miliar pada 2020.
Ketua Maybank Tan Sri Dato’ Sri Zamzamzairani Mohd Isa mengatakan grup masih dapat mencatat pertumbuhan di tengah kondisi yang menantang dan pembatasan pergerakan masyarakat sepanjang 2021.
Pertumbuhan tersebut didorong oleh kemampuan perseroan dalam mengelola aset dan kewajiban secara disiplin, diikuti dengan penyaluran kredit yang berpedoman pada sikap kehati-hatian. Maybank juga mampu mengendalikan biaya dan memiliki tata kelola yang kuat.
“Kami telah menjalankan strategi M25 selama satu tahun ke belakang, dan optimis untuk tetap melanjutkan penerapan strategi tersebut pada tahun ini, khususnya untuk tiga strategi utama yaitu digital, keberlanjutan dan penerapan nilai-nilai baru,” kata Isa dalam siaran pers, Senin (28/2).
Sementara, Group President & CEO Maybank Dato’ Sri Abdul Farid Alias mengatakan pada 2021 Grup mampu membukukan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan 2020.
Grup berupaya memperkuat ketahan finansial pada 2021, dengan memperkuat permodalan, likuiditas, kredit, dan menerapkan praktik manajemen risiko yang memadai di seluruh bisnis Grup selama beberapa tahun ke belakang.
Pada 2022, Maybank akan tetap waspada terhadap pandemi, yang ditandai dengan meningkatnya kembali kasus Covid-19. Namun demikian dengan program vaksinasi yang sudah bergulir, sebagian besar masyarakat sudah menerima vaksin dosis lengkap.
“Di lain sisi, Maybank akan terus melanjutkan penerapan strategi M25 dalam rangka memberikan nilai yang lebih bermakna,” kata Farid.
Untuk diketahui, prospek kinerja ekonomi regional yang membaik turut mendukung pencapaian kinerja Maybank khususnya terhadap pendapatan operasional Grup, serta penurunan pada impairment losses sebesar 36,6 persen, sehubungan dengan langkah Grup menerapkan pencadangan provisi lebih awal dalam menghadapi potensi kredit macet dan investasi keuangan sejak pandemi 2020.
Pendapatan operasional bersih Maybank tumbuh 2,8 persen menjadi RM25,45 miliar, seiring pertumbuhan ekonomi Malaysia sebesar 3,1 persen sepanjang 2021.
Pencapaian tersebut didukung oleh peningkatan total pendapatan berbasis dana bersih sebesar 14,6 persen secara tahunan menjadi RM19,09 miliar yang dikontribusikan dari pertumbuhan kredit yang kuat dan perbaikan pada CASA (Current Account & Saving Account) secara signifikan.
Marjin bunga bersih (NIM) mengalami perbaikan naik 22 basis poin secara tahunan. Perbaikan marjin tersebut, sebagian terimbangi dengan penurunan fee based income bersih sebesar 21,6 persen menjadi RM6,36 miliar.
Penurunan pada fee based income bersih dipicu terutama oleh kinerja pendapatan dari investasi yang menurun dan kerugian dari marked-to-market pada portofolio fixed income yang terjadi di lini bisnis asuransi sehubungan kenaikan yields.
Sementara itu, Maybank Indonesia membukukan Laba Bersih setelah Pajak dan Kepentingan Non Pengendali (PATAMI) Konsolidasian sebesar Rp1,64 triliun pada 2021, naik 29,9 persen secara tahunan.
Kinerja tersebut didukung biaya provisi yang rendah, efisiensi biaya bunga dan biaya overhead, serta kinerja positif Unit Usaha Syariah (UUS), bertepatan dengan momentum perekonomian yang mulai berangsur pulih di Indonesia.
Penurunan cost of funds, atau biaya dana utamanya ditopang oleh pertumbuhan CASA yang kuat sebesar 18,5 persen menjadi Rp 54,26 triliun pada Desember 2021.
Net Interest Income (NII) atau Pendapatan Bunga Bersih secara tahunan menurun disebabkan karena pertumbuhan kredit yang lebih rendah dan tren yield kredit (loan yield) yang menurun terkait restrukturisasi kredit akibat pandemi.
Fee-based income turun disebabkan menurunnya pendapatan biaya transaksi pasar global dan mengimbangi pertumbuhan pembiayaan terkait manajemen kekayaan.
Di sisi lain, Maybank Indonesia dapat membukukan kenaikan pada laba bersih yang didukung oleh penurunan pada biaya overhead sebesar 4,2 persen dan biaya provisi yang turun 25,8 persen menjadi Rp1,54 triliun, berkat upaya proaktif Bank dalam melakukan pencadangan provisi pada tahun sebelumnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel