Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Layanan Urun Dana Indonesia (ALUDI) menjalin kerja sama dengan lembaga pengelola informasi perkreditan swasta PT Kredit Biro Indonesia Jaya (KBIJ).
Kolaborasi ini memungkinkan platform teknologi finansial urun dana (securities crowdfunding/SCF) anggota ALUDI memanfaatkan data pengecekan riwayat kredit alias credit scoring alternatif besutan KBIJ.
Eric Wicaksono, Ketua Eksekutif Bidang Kemitraan, Humas, dan Kelembagaan ALUDI menjelaskan bahwa kerja sama dengan KBIJ sejalan dengan upaya mengembangkan industri crowdfunding di Tanah Air semakin kredibel dan terpercaya.
Sebagai informasi, platform urun dana memiliki peran melayani penerbitan saham atau surat utang para UMKM yang disebut 'penerbit', yang ditawarkan ke masyarakat umum selaku investor atau 'pemodal'.
Pemodal akan menerima imbalan dalam bentuk kepemilikan saham dari bisnis para penerbit. Pemodal berhak memperoleh pembagian dividen dari keuntungan usaha bisnis penerbit dalam periode waktu tertentu sesuai perjanjian.
"ALUDI mengincar pertumbuhan signifikan di tahun ini terkait jumlah UMKM penerbit mencapai 200 entitas. Sehingga kami butuh dukungan, salah satunya dari KBIJ, sehingga UMKM yang kami pilihkan buat para pemodal itu semakin prudent dan berkualitas," ujarnya, Rabu (2/3/2022).
Sebagai gambaran, industri yang baru diramaikan oleh 8 platform ini merealisasikan 176 penerbitan saham atau surat utang UMKM via urun dana senilai Rp364,6 miliar sepanjang 2021. Pemodal atau investor yang terlibat mencapai 84.548 orang.
Agus Subekti, President Director KBIJ mengungkap bahwa pihaknya terus berupaya menggandeng lebih banyak pelaku tekfin, termasuk para anggota ALUDI, untuk ikut membantu terciptanya inklusi keuangan di Tanah Air.
"Kami mulai fokus mengembangkan data credit scoring alternatif buat perseorangan dan UMKM, yang diharapkan bisa ikut serta membantu anggota ALUDI, sekaligus di kemudian hari membuat UMKM yang belum punya riwayat kredit bisa lebih mudah mendapatkan akses keuangan," jelasnya.
Agus mengungkap bahwa KBIJ memang mengincar mampu memberikan layanan yang cocok buat platform tekfin penyedia permodalan alternatif buat UMKM. Pasalnya, KBIJ fokus mengolah data alternatif UMKM yang sama sekali belum pernah mengakses pinjaman perbankan, yang notabene menjadi incaran utama tekfin.
"Tahun ini, kami akan memperluas kerja sama dengan beberapa pihak yang mampu memberikan gambaran data alternatif. Karena menilai UMKM di segmen ini tidak cukup hanya dari payment behaviour, tapi juga power of buying dan power of selling mereka. Selain itu, kami juga memiliki layanan notifikasi profil risiko UMKM. Jadi kalau ada perubahan status risiko dari UMKM terkait, mitra kami bisa langsung mendapatkan pemberitahuan," tambahnya.
Sebagai gambaran, pada awal tahun ini KBIJ pun telah menggandeng beberapa mitra baru yang dihiasi pelaku perbankan, tekfin pendanaan bersama (P2P lending), dan para pemain layanan bayar tunda (paylater).
Antara lain, PT Bank Mega Tbk (MEGA), PT Home Credit Indonesia, PT Layanan Keuangan Berbagi (DanaRupiah), PT Atome Finance Indonesia (Atome), PT Trust Teknologi Finansial (TrustIQ), M.B.A. Consulting Indonesia, dan PT Aksata Pratama Teknologi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel