Tips dari BEI: Ini 5 Hal yang Mesti Dihindari Investor Baru

Bisnis.com,05 Mar 2022, 00:20 WIB
Penulis: Nanda Fahriza Batubara
Pengunjung beraktivitas di depan papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (23/2/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, MEDAN - Saat ini, investor Pasar Modal Indonesia didominasi oleh kalangan yang berusia di bawah 40 tahun.

Walau begitu, kalangan investor muda ini rentan terhadap jebakan investasi bodong. Praktik ini biasa menawarkan keuntungan besar dengan cepat meski tidak mengantongi legalitas hukum.

Oleh sebab itu, Bursa Efek Indonesia (BEI) memberi tips agar mereka terhindar dari praktik merugikan itu.

Menurut Kepala Perwakilan BEI Sumatra Utara Pintor Nasution, ada lima hal yang mesti dihindari oleh investor muda.

"Hindari lima hal yang kerap dilakukan para investor pemula yang tergiur iming-iming dan sekadar ikut-ikutan," kata Pintor, Jumat (4/3/2022).

Pertama, para investor muda dianjurkan agar tak malas upgrade diri. Sebab sebelum berinvestasi, investor pemula harus benar-benar paham strategi dan kinerja perusahaan penerbit saham atau surat utang yang instrumennya hendak dibeli.

"Serta mempelajari teknik analisa yang dapat digunakan dalam melakukan investasi di pasar modal," kata Pintor.

Kedua, investor muda dilarang panik atau khawatir secara berlebihan terhadap fluktuasi harga. Sebab, hal ini lumrah terjadi dalam bisnis investasi pasar modal. 

Panik, kata Pintor, cuma akan menimbulkan kerugian pada investor karena biasanya cenderung langsung memilih untuk menjual sahamnya tanpa analisa yang baik.

"Jika tujuan investasi untuk jangka panjang dan kinerja perusahaan baik, maka fluktuasi jangka pendek tidak perlu mempengaruhi emosi pemodal," kata Pintor.

Ketiga, investor pemula atau investor muda sangat tidak dianjurkan berinvestasi menggunakan dana utang. Porsi dana investasi harus menggunakan dana "dingin" yang dipersiapkan khusus untuk alokasi investasi. 

"Artinya dana ini bukan untuk kebutuhan bulanan atau keperluan jangka pendek. Sehingga jika terjadi risiko penurunan harga yang menggerus modal, tidak akan mempengaruhi kebutuhan jangka pendek," ujarnya.

Keempat, investor muda diingatkan agar tak termakan rekomendasi tanpa melakukan analisa lebih lanjut. Sebaiknya, menurut Pintor, investor muda mesti banyak mencari sumber analisa dan riset sebelum memutuskan untuk membeli saham atau produk perusahaan penjual efek.

"Jangan tergiur rekomendasi pihak tertentu, yang mungkin tujuannya sekadar menggiring pelaku pasar untuk kepentingan tertentu," katanya.

Yang terakhir, lanjut Pintor, stop FOMO atau Fear of Missing Out. Sebab, saat ini banyak investor yang terjun cuma hanya sekadar mengikuti tren.

Menurut Pintor, seorang investor idealnya cukup mengalokasikan 20 persen dari total pendapatannya untuk berinvestasi. Sebanyak 50 persen lagi dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan rutin, seperti uang makan, cicilan rumah dan lain-lain. 

Sisanya dapat dialokasikan untuk memenuhi tuntutan gaya hidup maupun dana sosial. Persentase pembagian ini dapat disesuaikan dengan profil masing-masing investor.

"Investasi perlu dialokasikan di awal, untuk meningkatkan aset kita di masa depan, memiliki cadangan finansial, mengurangi ketergantungan dengan utang dan tentunya mengalahkan inflasi," kata Pintor mengakhiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini