Kadin : Sebagian Perusahaan Tak Sanggup Impor Akibat Reli Harga Pangan Global

Bisnis.com,07 Mar 2022, 19:37 WIB
Penulis: Nyoman Ary Wahyudi
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (15/2/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Kamar Dagang dan Industri (Kadin) melaporkan sebagian perusahaan mulai mengalami kendala untuk melakukan impor pangan strategis akibat melonjaknya harga di pasar dunia. Kenaikan harga turut diperparah oleh biaya pengapalan dan kontrak pembelian yang mahal.

Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan Kadin Juan Permata Adoe mengatakan pembelian komoditas pangan strategis belakangan bertumpu pada perusahaan-perusahaan besar yang relatif memiliki modal yang kuat. Adapun, sebagian perusahaan menengah dan kecil akhirnya membeli bahan baku dari perusahaan yang masih mampu untuk mengimpor tersebut.

“Sudah tidak mungkin lagi mereka untuk mengimpor karena impor itu kan komitmen jangka panjang,” kata Adoe melalui sambungan telepon, Senin (7/3/2022).

Menurut Adoe, pemerintah perlu memfasilitasi kegiatan impor antar perusahaan tersebut di tengah naiknya harga pangan dunia yang turut ditopang biaya impor lainnya.

“Sudah waktunya di dalam importasi pangan strategis diperlukan kolaborasi perusahaan untuk melakukan negosiasi dengan negara pemasok dengan membeli pangan lebih besar harga jauh lebih kompetitif ketimbang perusahaan beli sendiri-sendiri,” tuturnya.

Adapun, Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) melaporkan FAO Food Price Index (FFPI) pada Februari 2022 menyentuh di angka 140.7 atau naik 3,9 persen dari torehan Januari dan lebih tinggi 20,7 persen secara tahunan (year-on-year).

Laporan itu sekaligus menunjukkan rekor indeks harga pangan dunia sejak Februari 2011. Kenaikan indeks harga pangan dunia itu didorong harga minyak nabati dan susu. Selain itu, harga sereal dan daging juga mengalami peningkatan yang signifikan.

Sementara itu, indeks harga minyak nabati pada Februari menyentuh di angka 201.7 atau naik 8,5 persen secara bulanan. Torehan itu sekaligus menjadi rekor tertinggi sepanjang masa. Reli harga minyak nabati itu didorong kenaikan harga minyak kelapa sawit mentah (CPO), kedelai, biji bunga matahari.

“Pada Februari, harga CPO dunia mengalami kenaikan dua bulan terakhir akibat permintaan yang tinggi sementara adanya penurunan ekspor dari Indonesia. Sementara harga kedelai dunia juga meningkat seiring dengan memburuknya prospek produksi di Amerika Selatan,” tulis FAO dalam laporannya yang dirilis, Jumat (4/3/2022).

Di sisi lain, harga minyak biji bunga matahari juga mengalami peningkatan yang signifikan. Hal itu disebabkan karena adanya disrupsi pasokan di kawasan Laut Hitam yang menyebabkan turunnya volume ekspor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Dwi Nicken Tari
Terkini