Inflasi Berpotensi Meningkat Sejalan Pulihnya Ekonomi, Kabar Gembira?

Bisnis.com,07 Mar 2022, 12:19 WIB
Penulis: Ni Luh Anggela
Pemandangan gedung bertingkat di Jakarta, Selasa (9/2/2021). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menyampaikan inflasi berpotensi meningkat sejalan pulihnya ekonomi. 

Sepanjang tahun lalu, PDB Indonesia tercatat kembali tumbuh sebesar 3,69 persen setelah sempat mengalami kontraksi -2,07 persen akibat pandemi Covid-19.

Tingkat inflasi tahunan pada akhir 2021 dan awal 2022 tercatat terus meningkat, terutama disebabkan oleh naiknya inflasi inti akibat membaiknya tingkat permintaan setelah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dilonggarkan.

Inflasi harga diatur pemerintah juga mengalami kenaikan akibat naiknya harga LPG, cukai rokok, dan biaya jasa transportasi. Inflasi harga bergejolak meningkat terutama akibat naiknya harga pangan, khususnya pada harga minyak goreng sebagai imbas dari naiknya harga CPO.

Dari sisi produsen, inflasi tercatat naik signifikan, mencerminkan produsen masih menanggung harga input yang meningkat.

"Inflasi pada tahun 2022, diperkirakan akan meningkat sejalan pulihnya ekonomi. Tekanan dari sisi supply juga masih tinggi, terimbas dari inflasi global [imported inflation]. Penerapan peningkatan PPn dan potensi normalisasi harga diatur pemerintah juga menjadi faktor upside risk terhadap inflasi tahun ini," kata Andry Asmoro dalam keterangan tertulisnya, Senin (7/3/2022).

Kendati demikian, hingga saat ini tingkat inflasi masih berada di dalam rentang target inflasi Bank Indonesia (BI) yakni sebesar 2-4 persen, sehingga menurutnya memberikan cukup ruang bagi BI agar tidak terburu-buru dalam menaikkan BI-7DRRR.

Meski pemulihan ekonomi Indonesia pada tahun ini diramal terus terakselerasi dan berpotensi tumbuh 5,17 persen sejalan pulihnya tingkat keyakinan untuk konsumsi dan berinvestasi, tetapi Andry mengimbau untuk tetap waspada.

Ini lantaran risiko global yang meningkat, seperti normalisasi kebijakan the Fed serta tingginya tensi geopolitik antara Rusia dan Ukraina.

"Perlu terus dimonitor terutama dampaknya pada inflasi, baik dari sisi harga energi dan pangan, dan pada pasar keuangan dan stabilitas nilai tukar Rupiah dari risiko flight to quality/risk-off," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Amanda Kusumawardhani
Terkini