Harga Emas Tembus US$2.000 Lebih, Terdongkrak Risiko Resesi

Bisnis.com,09 Mar 2022, 06:25 WIB
Penulis: Newswire
Aneka emas batangan beragam ukuran dan bentuk. Harga emas dunia mendekati level US$2.000 per troy ounce dan diperkirakan akan terus menguat seiring dengan pelemahan dolar AS./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Emas memperpanjang reli menembus level psikologis US$2.000 pada akhir perdagangan Selasa (8/3/2022) waktu New York, setelah investor berburu aset safe-haven tradisional di tengah meningkatnya kekhawatiran seputar krisis Rusia-Ukraina.

Mengutip Antara, Rabu (9/3/2022), kekhawatiran krisis meningkat saat AS dan Inggris mengatakan mereka akan melarang minyak dari Moskow sehingga berpotensi meningkatnya risiko inflasi.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi Comex New York Exchange, melonjak US$47,4 atau 2,37 persen menjadi ditutup pada US$2.043,30 per ounce. Emas menetap di atas angka US$2.000 untuk pertama kalinya sejak Agustus 2020. Penyelesaian tetap di bawah rekor tertinggi US$2.069,40 pada 6 Agustus 2020.

Sehari sebelumnya, Senin (7/3/2022), emas berjangka terdongkrak US$29,3 atau 1,49 persen menjadi US$1.995,90, setelah melambung US$30,7 atau 1,59 persen menjadi US$1.966,60 pada Jumat (4/3/2022), dan meningkat US$13,6 atau 0,71 persen menjadi US$1.935,90 pada Kamis (3/3/2022).

"Kombinasi harga-harga energi, harga biji-bijian, harga logam dasar yang melambung, memuncak dalam tekanan inflasi dramatis yang terus menjadi dukungan utama di balik pergerakan emas yang lebih tinggi," kata David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge Futures.

Selain itu, Meger melihat sejumlah besar tawaran safe-haven di pasar emas karena pasar ekuitas berada di bawah tekanan akibat kekhawatiran besar di bidang geopolitik.

"Hanya dalam beberapa bulan, dunia berubah dari membenci emas karena ekspektasi untuk pemulihan ekonomi global yang kuat mengurangi permintaan untuk safe-haven, sekarang menjadi khawatir tentang risiko stagflasi dan resesi," kata Ed Moya, analis di platform perdagangan daring OANDA.

Dia menambahkan, emas akan terus berjalan dengan baik karena sanksi intensif dari Barat akan terus mendorong volatilitas yang terus-menerus di seluruh komoditas. Ini berpeluang terus mendorong ekspektasi inflasi ke tingkat yang tidak nyaman bagi para bankir sentral. 

Emas yang telah meningkat lebih dari 12 persen tahun ini, dianggap sebagai penyimpan nilai yang aman selama masa ketidakpastian geopolitik dan kenaikan inflasi.

Melonjaknya harga minyak dan perang Ukraina telah membanting selera terhadap aset-aset berisiko dalam beberapa pekan terakhir.

Untuk meningkatkan sanksi terhadap Rusia, Presiden AS Joe Biden pada Selasa (8/3/2022) mengumumkan larangan impor minyak AS dan energi lainnya dari Rusia, dan memperingatkan bahwa harga minyak dapat meningkat lebih lanjut. Sementara itu, Inggris mengatakan akan menghentikan impor minyak dan produk minyak Rusia pada tahun 2022.

Dolar yang lebih lemah juga mendukung emas.

Emas menemukan dukungan tambahan karena indeks optimisme bisnis kecil Federasi Nasional Bisnis Independen turun ke 95,7 untuk bulan kedua berturut-turut pada Februari, turun dari 97,1 pada Januari dan level terendah sejak Januari 2021.

Untuk logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Mei naik US$1,175 atau 4,57 persen, menjadi ditutup pada US$26,895 per ounce. Platinum untuk pengiriman April naik US$36,6 atau 3,28 persen, menjadi ditutup pada US$1.153,2 per ounce.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Farid Firdaus
Terkini