Bisnis.com, JAKARTA — Saham bank digital dinilai masih memiliki prospek cerah untuk jangka menengah dan jangka panjang, kendati saat ini sejumlah saham bank digital mengalami penurnan harga saham secara year to date/ytd, karena berbagai hal.
Analis Pasar Modal Lucky Bayu Purnomo mengatakan dari sisi kinerja bank digital, untuk jangka pendek masih mengalami pelemahan. Tetapi untuk jangka menengah sampai dengan jangka panjang atau 6 bulan ke atas, pasar nampak kembali memberi apresiasi karena perbankan masih menjadi pilihan.
“Jadi untuk jangka pendek saya melihat hindari sementara waktu sektor banking, kemudian untuk jangka menengah dapat menjadi referensi transaksi dan akumulasi jangka panjang,” kata Lucky, Selasa (8/3/2022).
Diketahui, harga saham beberapa bank digital dalam tren menurun. Setelah melesat pada tahun lalu, banyak harga saham bank digital anjlok cukup dalam sepanjang tahun berjalan hingga penutupan perdagangan Senin (7/3/2022).
Harga saham bank digital seperti PT Bank QNB Indonesia Tbk. (BKSW) turun 29,02 persen ytd. Senada, PT Bank Raya Indonesia Tbk. (AGRO) juga mengalami penurunan harga saham, yakni 26,53 persen ytd. Kemudian, PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) turun 21,01 persen ytd dan terakhir, PT Bank Capital Indonesia Tbk. (BACA) merosot 24,44 persen ytd.
Sementara itu, Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan fenomena bank digital merupakan hal baru di pasar modal. Investor yang biasanya berinvestasi di sektor yang telah matang, beralih ke sektor teknologi, termasuk bank digital.
Pada 2021, saham teknologi dan bank digital menjadi yang paling menarik dan menguasai kenaikan harga saham. Adapun pada 2022, menurutnya, adalah tahun pembuktian bagi saham-saham bank digital.
Pada awal 2022, bank-bank digital akan merilis laporan keuangan, yang kemudian akan menjadi perhatian para pelaku pasar.
“Apa benar laporan keuangannya semenarik pergerakan harga sahamnya yang sempat booming? itu akan jadi perhatian pelaku pasar,” kata Reza.
Dia mengatakan jika kondisi keuangan bank digital baik pada 2021, pelaku pasar mungkin akan kembali melirik saham-saham bank digital. Sementara itu mengenai pembukuan beberapa emiten teknologi, termasuk bank digital, yang masih mencatatkan kinerja merah, selama ada perbaikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, masih akan menarik.
“Misalnya tahun 2019 minus Rp100 miliar, kemudian 2020 minus Rp20 miliar dan pada 2021 minus Rp5 miliar labanya, itu ekspektasinya bisa positif,” kata Reza.
Terpisah, SVP Research Kanaka Hita Solvera Janson Nasrial mengatakan suku bunga the Fed sudah mengalami koreksi sekitar 5-10 persen lagi, seharusnya prospek bank digital untuk jangka panjang masih sangat bagus.
“Karena dengan beroperasi secara digital, rasio BOPO bank akan jadi turun dan ROE-nya akan naik karena sejatinya digital bank membuat operasional bank menjadi efisien,” kata Janson.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel